Semarnews.com II SEMARANG – Tradisi lokal dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam mencegah gerakan radikalisme dan terorisme. Hal itu dilakukan supaya kedua paham itu tidak berkembang semakin meluas di Jawa Tengah (Jateng).
“Harus ada keberanian melakukan revitalisasi tradisi lokal. Sebab terbukti efektif membentengi masyarakat dari paham radikalis, terorisme serta berbagai pengaruh negatif lainnya,” kata Syamsul Ma’arif.
Ketua Bidang Penelitian dan Kajian Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Jateng tersebut mengatakan hal itu saat mengikuti acara Focus Group Discussion (FGD) Policy Brief Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Radikalisme-Terorisme yang diselenggarakan FKPT Jateng di Hotel Puri Garden, Jalan Arteri Utara Blok D4, Tawangsari, Semarang, kemarin.
Menurutnya, berbagai jenis tradisi serta kearifan lokal yang ada di tengah masyarakat Jateng menjadi modal sosial yang besar yang harus dijaga keberadaannya. Sebab tergerusnya kedua hal itu akan menjadi ancaman serius. Jika hal itu tidak dapat dibendung, dikhawatirkan, daya tahan masyarakat dalam menghadapi nilai baru yang negatif semakin melemah.
“Gerakan radikal, teror itu termasuk nilai baru yang mengandung sisi negatif. Sebelumnya, keadaan tersebut tidak dikenal masyarakat Jateng,” paparnya.
Syamsul menambahkan, masyarakat Jateng sudah sejak lama dikenal sebagai masyarakat yang mengedapnkan toleransi terhadap sesama anak bangsa serta suka gotong royong dan menonjol sikap rendah hati.
Sikap seperti, kata dia, melekat di setiap warga Jateng, sehingga kehidupan mereka jadi nyaman, tentram dan tenang, nyaris tidak ada kegaduhan.
Menurutnya, berbagai latar belakang yang beda di antara mereka mulai agama, adat, tradisi, strata sosial dan sebagainya tidak menjadi persoalan yang berarti. Mereka telah bersepakat meski tidak ada aturan tertulis untuk tidak mamaksakan kehendak.
“Misalnya yang berbeda dipaksanakan untuk sama atau yang sudah ada kesamaannya tidak dicari-cari perbedaannya,” ujarnya.
Menurutnya, semuanya telah memahami bahwa perbedaan itu sebuah keniscayaan. Namun belakangan ini, bergulirnya arus modernisasi yang diikuti perkembangan teknologi dan informasi menjadikannya cenderung pudar. Berbagai nilai baru yang negatif membanjir masyarakat, termasuk munculnya paham radikalisme yang menjadi penumpang gelap di tengah masyarakat yang hidup demokratis.
Sementara Ketua FKPT Jateng, Budiyanto. menginginkan semua unsur mulai dari masyarakat, pemerintah serta aparat harus bersatu padu dalam melawan paham radikalisme dan terorisme.
“Paham radikalisme dan aksi terorisme itu suatu kejahatan yang perlu penanganan khusus, yakni kebersamaan semua pihak,” paparnya.
Menurutnya, pelaku teror ingin menjadikan masyarakat Jateng sebagai tempat bersembunyi dan menyusun strategi. Namun hal itu dianggap sia-sia. Sebab, aksi teror mendapat penolakan keras dari masyarakat Indonesia, khsusunya Jateng.
“Masyarakat Jateng berperan aktif melalui berbagai potensi yang dimiliki. Ini yang harus dipertahankan,” imbuhnya.
Berbagai peserta dari latar belakang berbeda ikut hadir seperti, peniliti, akademisi, aktivis ormas kepemudaan, mahasiswa, pers kampus, tokoh agama serta sejumlah tokoh lainnya. Mereka mendorong agar seluruh elemen di Jateng meningkatkan semangat partisipasi dalam mencegah paham radikalisme, aksi serta mendorong melestarikan tradisi dan kearifan lokal yang ada. (HW-Semarnews.com)
—————