Semarnews.com | Semarang – Hj Sinta Nuriyyah Abdurrahman Wachid menggelar Sahur Bersama di berbagai tempat, lapangan, pasar, terminal, halaman gereja, area samping kali, dan sebagainya dalam tiap tahun. Tak terasa hal ini berlangsung selama 19 tahun. Hari ini (24/05/2018) sahur bersama digelar di Halaman Pastorat Universitas Katholik Soegijapranoto, jalan Pawiyatan Luhur Banyu Manik Kota Semarang. Kehadirannya serasa menebarkan kasih di gersangnya hati. Dalam kesempatan tersebut istri Mantan Presiden Abdurrahman Wachid ini mengungkapkan alasan sahur bersama.
Banyak yang melaksanakan Buka Bersama, lalu mengapa saya memilih sahur bersama? Kata Nyai Shinta membuka tausyiyahnya. Perempuan yang serasa ibu bangsa ini mengungkapan banyak pihak memilih mengadakan buka bersama dengan asumsi memberikan hidangan untuk orang yang berbuka puasa mendapatkan pahala yang sama dengan orang berpuasa. Namun dengan bersahur bersama secara esensi memiliki nilai mengajak orang untuk melaksanakan ibadah puasa. Di sisi lain, berbuka bersama terkadang mencari segmen yang kurang tepat dan bahkan salah sasaran, sementara bersahur bersama selain mengajak berpuasa juga membantu seseorang untuk bisa melaksanakan sahur sunnah puasa karena pada umumnya malas bersantap sahur.
Gelaran sahur bersama terlaksana dengan santun dan penuh suka cita. Tampak keceriaan, dan kebanggaan tersendiri dari para hadirin. Istiqamah dalam kebersamaan menggaungkan semangat toleransi dan pluralisme yang dirintis oleh almarhum Gus Dur. Dikatakan, Indonesia kini telah memiliki satu lagi agama resmi yang baru diakui dan dilindungi konstitusi Pemerintah. Selain Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Khonghucu, pemerintah kini menyatakan bahwa Baha’i merupakan agama yang keberadaannya diakui konstitusi. Kebersamaan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika adalah semangat persaudaraan satu bangsa, satu tanah air tanpa perlu membeda-bedakan perbedaan yang ada.
Kehadiran istri tokoh pluralisme di tengah komunitas Gusdurian, Ansor, PMII, IPNU, IPPNU, persaudaraan lintas agama, dan putra bangsa pada umumnya pada dini hari, serasa menjadi pelepas kerinduan terhadap almarhum Gus Dur. Manakala dilantunkan syiir-syiir yang biasa dilantunkan oleh almarhum Gus Dur Sang Guru Bangsa ada getar cinta, damai, berbaur dalam sanubari, sirnakan nafsu dan kebencian. Tampak dari raut dan sikap para hadirin yang tenggelam dalam baluran musik keroncong yang mengalun syahdu, bersambut saxofone Romo Aloysius Budi Purnomo, dan tarian sufi Santri KH Amin Budi Harjono. Sejenak khidmat, dan khusyuk berdoa demi cinta, perdamaian, dan kejayaan bangsa Indonesia.
Menengok di sisi lain, personil keamanan dari Paspampres, Kepolisian, Tentara, Banser, PGN, Lindu Aji, Bankom Polrestabes, dan sebagainya dengan tertib menjaga dari berbagai ruas maupun sisi jalan mengisyaratkan persitiwa penolakan yang pernah terjadi pada tahun sebelumnya oleh HTI tak boleh berulang dan kali ini tak boleh ada yang berulah untuk mencegah. Masih melekat erat dalam ingatan para sahabat Banser dan Gusdurian kala terjadi penolakan dan musyarawah yang alot sehingga pada tahun lalu acara sahur bersama Ibu semua umat beragama ini batal digelar di Semarang. (HQ.semarnews)