Semarnews.com | Demak – Lebih dari 20 ribu jamaah yang menjadi murid thariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah menghadiri tawajjuhan akbar yang digelar di Ponpes Futuhiyyah, Mranggen, kemarin (17/03/2018). Mereka memenuhi masjid, halaman dan pelataran yang ada di pesantren Futuhiyyah. Bahkan meluber ke luar are pondok pesantren hingga memadati seluruh ruang kosong di sepanjang jalan Suburan Barat, Suburan Timur, dan jalan sebelah selatan menuju arah makam keluarga Futuhiyyah yang menyambung ke jalan Suburan Tengah. Hal ini menunjukkan bahwasanya pesantren yang berusia lebih dari satu abad dengan berbagai inovasi perkembangan yang ada tetap memiliki ruang di hati umat islam Indonesia. Tawajjuhan merupakan sebuah majlis pertemuan antara guru thariqah dengan murid yang pada umumnya digelar rutin sekali dalam sepekan namun oleh para guru thariqah di Futuhiyyah dikemas dalam bentuk Tawajjuhan Akbar.
Tawajjuhan MTQNM (Majelis Tariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah Mranggen) tergolong sebagai majlis tua di Jawa Tengah dan bahkan di Indonesia dengan mursyid utamanya KH Muslih bin Abdurrahman bin Qosidil Haq (alm) yang juga pendiri JATMAN (Jamiyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah). Menurut data dari daftar hadir panitia, mereka yang hadir dalam tawajjuhan akbar ke-8 bukan hanya dari wilayah Jateng, DIY, Jatim, Jabar, DKI Jakarta saja, namun terdapat pula dari Lampung, Palembang, Jambi, dan Kalimantan.
Kegiatan diawali dengan pembacaan Maulid Simtudduror dilanjutkan dengan pembacaan manaqib oleh para khalifah thariqah. Sementara Muryid Tariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah KH M Hanif Muslih sebagai pembimbing tawajjuhan akbar yang digelar 4 tahun sekali tersebut. Diterangkan, tawajjuhan akbar dimaksudkan untuk mempererat tali silaturrahmi mursyid dan khalifah yang mengambil sanad dari Mranggen. 7 khalifah yang dipercaya membaca manaqib antara lain KH Zaini Mawardi, KH Ahmad Zen Muthohar, KH Ubaidillah Karyadi, KH Maksum Dahlan, KH Masruhin Shonhaji, KH Ahmad Hambali Mahfudz, dan KH Khozin.
Ketua panitia tawajjuhan akbar KH Muhlisin Bisri mengatakan, silaturahmi penganut tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah secara rutin digelar di minggu terakhir pada bulan Jumadil Akhir. ”Tawajuhan akbar ini bertujuan untuk menyeragamkan amalan tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah, agar sesuai amalan yang diamalkan oleh Kiai Muslih bin Abdurrahman. Pasalnya ada beberapa mursyid, khalifah dan muridin-muridat, mengamalkan tarekat ini tidak sesuai dengan amalan Kiai Muslih,” terangnya.
Diungkapkan, selain tawajjuhan, kegiatan tersebut dimanfaatkan pula sebagai ajang silaturahmi, forum pertemuan murid dengan guru, dan sesama murid dari berbagai penjuru tanah air. Dengan demikian MTQNM berfungsi menjaga hubungan antar sesama umat islam dan juga hubungan dengan Sang Khaliq. Memperhatikan antusias jamaah yang setiap tahun terus bertambah, dia berharap tawajjuhan akbar yang merupakan agenda tahunan ini dapat terus terlaksana secara rutin pada tiap tahun.
Sementara itu Kiai Syarofuddin yang menyampaikan tausiah mengatakan, selama di dunia ini masih ada yang berzikir atau menjalankan amallan Ahlu thariqah, kiamat masih akan lama terjadi. ”Tetapi jika tidak lagi ahli zikir, maka bertanda kiamat akan segera datang,” tuturnya.Dijelaskan hati seseorang bisa mengalami ”karatan”, sebab banyak dosa. Karena itu cara mengobatinya dengan hanya dengan membaca Alquran, mengingat mati, dan menghadiri majlis dzikir. (HQ.semarnews)