foto:greissiadiary.wordpress.com |
Judul diatas saya petik dari percakapan sahabat revolusioner saya, Anam. Sosok yang kini sedang mengupayakan revolusi dengan sebaik-baiknya dan sehebat-hebatnya.
Ungkapan ini disampaikan ke sahabat Musso di suatu petang di kucingan. Dialog kedua tokoh tersebut sebagai berikut:
Anam: Muso, kita dan generasi setelah kita seolah terpisah puluhan tahun.
Muso: Iya betul. Namun kenapa demikian?
Anam: Ah, kamu. Berlagak bego saja. Coba lihat. Ngopi saja mereka tak gemar. Apalagi tugas-tugas revolusi dulu yang kita upayakan. Mana mampu!
Muso: Beda zaman, bro!
Anam: Karena itu. Tinggal kamu serigala terakhir. Dan yang lain kambing semua.
Muso: Iya betul. Namun kenapa demikian?
Anam: Ah, kamu. Berlagak bego saja. Coba lihat. Ngopi saja mereka tak gemar. Apalagi tugas-tugas revolusi dulu yang kita upayakan. Mana mampu!
Muso: Beda zaman, bro!
Anam: Karena itu. Tinggal kamu serigala terakhir. Dan yang lain kambing semua.
*****
Kisah diatas teringat begitu saja ketika siang tadi, sewaktu saya membuka BBM dan mendapati sahabat Andi mengganti display picture dengan gambar orator dari masa ke masa dalam bentuk grid.
Kemudian Saya protes karena tidak muncul gambar sahabat Muso disitu. “Seharusnya kak Muso diikutkan tuh. Dia kan orator. Bahkan menyitir pendapat Anam, ia adalah serigala terakhir.”
Andi beragumen, “Bukan saya yang membuat mas. Tapi Opek.” Kilahnya. “Perlu ditambahkan memang. Di modul aja sangar gitu.” pungkas Andi.
Dari pengalaman ini, saya jadi ingin cerita tentang kak Muso sebagai srigala terakhir. Apalagi pada dasarnya tentang kak Muso selalu menarik. Saya sudah mengikuti belio sejak semester satu, dan selama itu pula saya mengikuti titahnya sebagai usaha ngalap berkah.
Tapi jangan malam ini ya, aku mau kencan dulu, bro.