foto:www.teknokita.com |
Setelah sekian lama menempuh hari-hari puasa, akhirnya tiba juga saatnya bagi kaum urban untuk mudik. Pekan-pekan ini hingga seminggu setelah lebaran nanti jalanan di pantura akan sangat padat. Bisa jadi jalanan akan menjadi “kampung” baru, ya saya sebut kampung karena memang kepadatannya itu yang terkadang kendaraan-kendaraan berjejer tak bisa berjalan dan seolah menetap menjadi rumah sementara untuk para pemudik.
Seperti biasa, minus dua minggu truk-truk dan kontener-kontener pada ngebut untuk mendistribusikan barang-barang konsumtif ke berbagai pelosok daerah, entah untuk kebutuhan lebaran atau kebutuhan harian lainnya. Setelah itu, minus satu minggu truk dan kontener itu tak boleh lagi melintas di jalan-jalan dengan alasan untuk memperlancar perjalanan para pemudik walaupun hasilnya nihil, jalanan tetep aja macet.
Beda lagi pemudik yang pake kapal laut, pesawat terbang, atau kereta api yang agak lebih enak. Itu menurut sepengarangan saya, kalo kasunyatannya tetep ribet gara-gara kehabisan tiket, gak tau deh…
Saya gak mau bahas soal dinamika mudik dengan lebai kayak media-media mainstream yang lain. Toh selebai apapun kita mewartakan mudik yang tanggungjawab tetep pemerintah juga. Kita sebagai rakyat biasa yang wajib menjalankan “kewajiban” mudik sebelum menunaikan zakat fitrah gak bisa ngapa-ngapain. Saran saya, yang rumahnya jauh di pelosok negeri dan jauh dari peradaban, mudiklah sekarang juga sebelum jalanan semakin macet dan sebelum kehabisan tiket.
Begini jama’ah ngeprof yang budiman, di musim mudik kali ini, seperti biasa, cecunguk ngeprof akan menunaikan rukun islam yang ke-6 yang khusus jadi rukun Islam Nusantara. Bagi kelompok yang anti Islam Nusantara silahkan sesatkan kami, kami akan terima dengan lapang dada.
Ketika cecunguk ngeprof pada mudik, kemungkinan stabilitas produksi tulisan-tulisan di situs begundal ini akan berkurang. Seenggaknya menjelang lebaran, produksi tulisan-tulisan ngawur, snewen, dan kurang ajar akan sedikit berkurang. Tapi bukan berarti produksinya berhenti total.
Nah, bagi yang mau ngirimin tulisan-tulisan lungsuran karena gak diterbitkan media-media besar bisa dikirim disitus ini. Lah caranya gimana, wong cecunguknya pada mudik ke kampung masing-masing yang gak ada fasilitas wifinya? Tenang aja, masih ada PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan). Gak papalah meskipun harus ke kecamatan yang penting tetep bisa eksis. Hehe
Yah, kita Cuma ikhtiar biar situs begundal ini tetep berkibar…
Dan ini saya sampaikan sesuatu yang seharusnya saya sampaikan sejak dulu bagi para penulis. Tentang persyaratan gimana bisa nulis di situs ini.
Persyaratan nulisnya emang agak ribet ketimbang nulis di media mainstream. Pertama, Identitas cukup nama saja, kedua, yang bikin caption foto penulis itu admin, ketiga, gak boleh nyantumin nomer rekening, keempat, jangan menggunakan EYD tapi make EYG (Ejaan Yang ngGemesin), kelima, kalo tulisannya kelewat serius pasti bakal diedit (kecuali kalo editornya lagi males ngedit bisa selamet deh tulisannya).
Maaf telat nyampein persyaratan ini, tapi maklumin ajalah daripada gak sama sekali. Sekali lagi ini bentuk ikhtiar biar kita tetep berkibar maskipun kita kembali ketanah kelahiran, tempat di mana kita susah kenalan sama internet dulu…hehe
Selamat mudik dan jangan berhenti berkarya…