foto:www.kabarmakkah.com |
Aslm, jama’ah udah tau berita Kakek waluyo yang hidup lagi? Itu lho, kakek Waluyo yang asli kelurahan Panembahan Kecamatan Kraton Kota Jogja. Kabarnya setahun lalu dia mati jadi korban tabrak lari di tempat biasa dia mangkal bersama komunitas tukang becak.
Keluarganya udah pating petangisan pas ngeliat jasadnya terguling kaku di atas kereta jawa roda empat rupa manusia. Setelah setahun berlalu, keluarga udah ikhlas dengan kepergian kakek Waluyo, tentu keluarganya udah gak pernah nanyain lagi itu kakek pergi kemana. Konon semasa hidupnya, kakek ini emang suka ilang-ilangan gak jelas. Sampai akhirnya jadi korban tabrak lari.
Eh lah dalah, malah kemaren malem kakek ini nongol gitu aja di depan pintu. Sang istri sempet kaget gak kepalang jantungnya hampir copot, untung bautnya masih kuat, gak jadi copot dah jantungnya. Sebelum mereka berpelukan, sang istri, mbah Alim Eskatinah, meriksa-meriksa dulu kakinya, njejeg di tanah apa enggak sambil mbatin “iki tenan opo ora…??”
Keluarga, saudara, dan tetangga sempet curiga dan merinding, jangan-jangan itu hantu, jangan-jangan dia penasaran sama pelaku tabrak lari setahun lalu. Ternyata enggak, dia emang bener-bener masih hidup dan gak tau-menau soal kasus tabrak lari itu.
Ceritanya, dulu pas bertepatan dengan kejadian tabrak lari itu. Kakek Waluyo gak berani pulang kerumah gara-gara becaknya disita sama majikannya karena gak sanggup mbayar setoran Rp 40.000. sedih banget kan, siapa sih majikan kakek itu, kok tega banget, dasar kapitalis…
Setelah kejadian itu sang Kakek nggelandang, gak berani pulang kerumah. Akhirnya setelah berbulan-bulan nggelandang dia sampe juga kesemarang dan jadi tukang parkir di banjir kanal semarang barat tempat para cecunguk ngeprof memimpikan fatamorgana keindahan bersama gadis impian mereka.
Sepuluh bulan jadi tukang parkir, akhirnya sang kakek kangen juga sama rumahnya. Kebetulan kondisi keuangan udah membaik dan ada kenalannya yang sama-sama orang Jogja yang nawarin tumpangan. Dia pulang dan dia diterima keluarga dengan penuh tanda Tanya serta kebahagiaan tiada tara.
Nah, baca cerita mbah Waluyo ini saya jadi kepikiran Freddy Budiman lagi, kok jadi mikirin dia terus ya…cie..cie…
Halah… jangan ngawur, saya masih normal, lagian om Freddy udah Koid.
begini jama’ah… saya punya firasat kalo om Freddy taun depan bakal hidup lagi dan bakal ngetok pintu sipir LP Cipinang dan Nusakambangan. Tentu bukan dalam keadaan mati penasaran sama eksekutor hukum mati karena saya yakin om Freddy gak tau-menau soal eksekusi itu.
Dia cuman pergi nggelandang gak jelas juntrungannya karena gak punya uang. Kenapa gak punya uang? Karena investasi bisnisnya dan pabrik narkobanya disita sama “majikannya” yang berpangkat dan memanggul empat bintang di bahunya.
Bisnisnya disita sama majikannya gara-gara gak sanggup mbayar setoran sebesar Rp 450.000.000.000,00 lagi. (coba lihat berapa nolnya…hehe)
Setelah beberapa bulan nggelandang dia sampe kesemarang dan jadi tukang parkir di banjir kanal barat tempat para cecunguk ngeprof memadu cinta dengan Anggita Sari dan Fanny Rosyane dalam mimpi mereka.
Setelah sepuluh bulan bermandi peluh di semarang, dia kangen sama tempatnya menginap yang dilengkapi fasilitas hotel bintang lima itu (Cipinang dan Nusakambangan). Kebetulan kondisi keuangan udah membaik, cukup buat nebus bisnis yang disita “majikannya” dan dia juga punya kenalan jendral berbintang empat (sebentar lagi lima). Om freddy dijemput dengan mobil bermuatan barang bisnisnya berupa obat-obatan yang katanya bisa merusak generasi bangsa dan di jalan aman-aman saja gak ada cegatan sama sekali walaupun banyak pemeriksaan yang meriksa buntelan obat-obatan itu.
Sampe di Cipinang dan Nusakambangan sipir, penjaga, dan eksekutor kaget sambil meriksa jantungnya om Freddy sambil mbatin “iki jantung opo putaw?”. Ternyata beneran om freddy.
Setelah sipir dan eksekutor hukum mati yakin itu om Freddy beneran, mereka bertanya-tanya “siapa yang dulu saya eksekusi? Masak iya menjelang eksekusi si Freddy Budipret direshuffle mendadak?”
Tapi ending cerita mbah Waluyo dan om Freddy beda. Kalo mbah waluyo cuman ditanya mana becaknya dan mbah waluyo njawab disita. Kalo om Freddy ditanya siapa yang bikin testimony itu dan om Freddy njawab “gak tau, udah lupa tuh”