foto:solusisehat.com |
Melihat apa yang terjadi di medsos, kadang-kadang saya ketawa-ketiwi sambil terharu. Ada saja tingkah polah para netizen, banyak hal yang sebetulnya tanpa dibuat-buat bisa bikin kita ketawa tanpa putus, bahkan semua hal yang ada di medsos dari yang negatif sampai positif, dari yang berdakwah sampai menebar maksiat, dan yang cuman sekedar lucu-lucuan sampai hujat-menghujat. Semuanya bisa bikin kita ketawa, beneran, tanpa dibuat-buat. Alamiah.
Di zaman seperti sekarang ini, dunia sudah tidak bisa lagi diukur dengan meteran, karena seberapapun jauh jarak seseorang bisa kita lihat hanya dengan gadget kecil yang bisa kita genggam. Apa lagi ada aplikas-aplikasi yang bisa mendeteksi seseorang sedang ada di mana, sebut saja GPS.
Semua bener-bener sudah bisa kita lihat dengan menyentuh layar saja. Kita juga bisa tahu banyak hal hanya dengan benda kecil yang bisa kita genggam. Mau nyari-nyari resep masakan bisa, mau cari tips merawat anak bisa, mau cari cara jitu buat PDKT juga bisa, apa lagi isu-isu politik yang sekarang bisa jadi alternatif hiburan di tengah kualitas hiburan TV yang amburadul-babakbelur.
Tapi sayangnya tidak semua manusia ciptaan tuhan bisa menikmati gadget. Masih banyak orang-orang yang merasa kesepian di tengah keramaian, merasa terkucilkan di tengah hiruk-pikuk ece-ecean temen-temennya, merasa terasingkan di tengah-tengah dobolan sahabat-sahabatnya, dan merasa tersembunyi di antara seliweran cewek-cewek cantik. Karena dia tidak punya gadget.
Kalo zaman dulu, anak muda pengin nampang tinggal mejeng aja di perempatan, pasti banyak yang memperhatikan. Sekarang, kalo gak bisa up-load foto selfie, jangan harap ada yang kenal sama mukanya. Zaman dulu, kalo kita pergi ke tempat yang baru, kita tanya-tanya sama warga di mana alamat yang kita cari, sekarang tinggal pencet GPS doang, kalo tuhan mengijinkan tidak akan nyasar.
Buat orang-orang yang hidup dengan cara-cara manual, gadget ibaratkan dunia lain yang masih belum pernah dijamah. Sama persis seperti manusia purba yang cara komunikasinya belum menggunakan bahasa lisan yang banyak sekali keterbatasan. Keterbatasan kosa-kata, keterbatasan objek, dan keterbatasan daya jelajah. Hampir semua persoalan sehari-hari terlambat mengetahuinya. Orang-orang seperti ini, tidak mungkin bisa jadi pionir penggebrak dunia.
Yang paling menyedihkan lagi, saat akhir-akhir ini isu pilkada DKI sedang ramai-ramainya, kita hanya jadi pendengar pasif tanpa bisa menganalisis permasalahannya. Sama sekali gak bisa. Yang lebih parah lagi, sudahlah gadget tidak punya, kita dikata-katain kuper dan kurang gaul.
Jangankan gejolak di DKI. Seandainya negara bubarpun, kita tidak tahu…