foto:livewayout.com |
Masih ingat dengan kasus penggusuran warga kebonsari plampitan? Mereka mengerang dalam hati karena “penggilasan” rumah mereka oleh Hotel Plampitan milik Bambang Nugroho. Kita tentu bertanya-tanya, bagaimana nasib mereka saat ini.
Sepanjang yang kami ketahui, kisah itu belum selesai. Warga enggan memaafkan perilaku pemilik hotel itu. Warga meminta hak-hak mereka sesuai dengan harta yang mereka miliki saat belum digusur. Karena ternyata, Bambang Nugroho selaku pemilik hotel belum memberikan kompensasi apapun, jangankan kompensasi, sekedar menunjukkan mukanya saja tidak pernah.
Seorang tokoh warga, Pak Ayub namanya, berkisah bahwa Warga sudah mendiami pemukiman itu semenjak 1885, artinya sudah 4-5 generasi yang mendiami area itu. Kisah berawal ketika ada satu yayasan yang berdiri di kampung itu, karena diduga berafiliasi ke PKI akhirnya yayasan itu disita oleh TNI dan dijadikan barak TNI pada tahun 1966. Hingga pertengahan tahun 70-an bangunan itu mangkrak, namun tiba-tiba bangunan itu menjadi sebuah rumah penginapan yang dikelola oleh ayah Bambang Nugroho.
Sekitar tahun 2010 Bambang Nugroho berniat merenovasi hotel dan memperluas lahan parkir. Awalnya Bambang secara baik-baik ingin membeli tanah itu. Namun, ketika mengetahui bahwa tanah itu masih berupa Letter-C dan belum dikeluarkan SHM dari BPN, bambangpun mengklaim kepemilikan tanah itu dengan dalih dulunya adalah mess karyawan hotel tersebut. Sontak warga marah dan tidak terima dengan pernyataan itu dan melawan dengan upaya hukum.
Namun apa daya, karena warga kebonsari rata-rata kelas menengah kebawah, mereka sulit menandingi kekuatan Bambang Nugroho yang memang seorang yang kaya dan mampu mengerahkan pembela-pembela hukumnya yang sangat hebat.
Dan akhirnya tanggal 20 april 2016 warga dipaksa meninggalkan kampung mereka, rumah-rumah warga dibumi hanguskan dan harta benda mereka diserak-berakkan seperti sampah. Jelas warga kebingungan.
Pemerintah memang sedang berusaha memfasilitasi agar eks-warga kebonsari mendapatkan jatah tempat di Rusunawa. Tapi hal itu tidak cukup buat warga, apa guna warga dapat tempat tinggal baru tapi tak punya harta dan penghasilan. Untuk makan saja sekarang warga kebingungan, jika mereka berhutang siapa yang bisa menjaminkan.
Yang warga minta adalah, keterbukaan hati Bambang Nugroho. Setidaknya anggaplah warga kebonsari sebagai manusia yang seharusnya dimanusiakan.
Atau jangan-jangan Pemilik Hotel itu adalah hewan yang gak kenal manusia…??