Semarnews.com || Semarang – Kepala bidang rehabilitasi sosial (Kabidresos), Tri Waluyo memprihatinkan adanya pengemis, gelandangan, dan orang telantar (PGOT) yang ada di Kota Semarang. Menangani hal tersebut, Tri Waluyo berharap adanya kerjasama yang baik antar dinas sosial, baik kabupaten atau kota maupun propinsi.
“Kota Semarang telah membentuk TPD (Tim Penjangkauan Dinas Sosial) sebagai perpanjangan tangan dari dinas sosial,” kata Tri saat ditemui di sela aktifitasnya di Dinsos Kota Semarang (13/08) Gedung Balaikota Semarang Jalan Pemuda Semarang Tengah Kota Semarang, Senin (13/8), “selain itu, Kepala Dinas juga terkadang meluangkan waktu malamnya turut serta secara langsung turun menangani masalah tersebut,” ungkapnya
Diterangkan, sejak terbentuknya TPD, kinerja Dinsos Semarang terbilang sangat serius dalam menangani kasus sosial perkotaan. Dari semua kelayan yang ditangani, terdapat lansia, dan ada membutuhkan rehabilitasi sosial yang semestinya menjadi lahan garap dinsos propinsi. Dengan penuhnya tempat di panti sosial propinsi menjadi kendala tersendiri. Sebab itu, Tri berharap agar pihak propinsi segera berbenah dengan fasilitas yang dibutuhkan, juga dinas kabupaten atau kota yang lain.
Dinsos Semarang berusaha menggandeng berbagai elemen yang ada, “Mari kita selesaikan bersama, sebab hal tersebut tidak bisa hanya rampung oleh gerakan satu kota saja atau selesai dengan sendirinya,” ujarnya, “kami (Dinsos-red) berupaya dengan berbagai program yang ada di masing-masing bidang, untuk rehabsos telah membentuk TPD dan juga berdiskusi bersama dengan orangtua anak jalanan. Pokoknya, semua potensi kita maksimalkan,” terangnya.
Dinas sosial pada bulan ini kembali melakukan patroli dan razia di jalanan dengan menurunkan Tim penjangkauan dinas sosial (TPD). Dalam tempo kurang dari sepekan PGOT yang terjaring belasan kelayan dengan bebagai kasus, “TPD menjalankan tugasnya dengan profesional. Mereka yang terjaring sebagian sudah pernah terdata sebagai kelayan kami, ada yang meminta-minta, dan ada yang mengamen. Mereka ini rata-rata masih di usia produktif” kata dia.
Tri Waluyo mencontohkan, Gadis berusia 12 tahuan berinisial NLR dieksplotasi untuk berjualan koran di malam hari, dengan diawasi tantenya yang berinisial TS. Gadis kelas 13 di salah satu SMP swasta Gayamsari tersebut bersama anak-anaknya TS dimanfaatkan untuk berjualan koran. Dari catatan yang ada, TS sudah pernah didatangi TPD di rumah kontrakannya untuk dinasehati. Untuk kasus ini, pihaknya masih terus mendampingi. (HQ)
—————