Media Jendela Dunia – Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini
Berita  

Perjuangan Warga Kendeng Mendidik Penguasa


foto:karebamalaqbi.com


Bertahun-tahun perjuangan para kartini kendeng mengawal alam lestari,menolak pabrik semen di Rembang. Menggunakan jalan damai dan taat hukum, diganjar Gubernur Jawa Tengah dengan keluarnya ijin lingkungan baru, setelah pencabutan Ijin Lingkungan yang diamanatkan putusan MA tentang dikabulkannya Peninjauan Kembali Ijin Lingkungan PT Semen Gresik yang telah berubah menjadi PT Semen Indonesia.
Sepuluh hari pasca diumumkannya putusan Mahkamah Agung terkait dikabulkannya Peninjauan Kembali Ijin Lingkungan PT Semen Gresik yang telah berubah menjadi PT Semen Indonesia, Gunretno mengirim pesan singkat kepada Ganjar Pranowo. Tokoh Samin ini ingin ngobrol tentang kasus pembangunan Pabrik Semen di Rembang. Hasil pertemuan itu, keduanya (Gunretno mewakili warga Kendeng dan Ganjar Pranowo sebagai tergugat) sama-sama menunggu menerima salinan putusan dari Mahkamah Agung.
Langkah tersebut dilakukan karena warga Rembang prihatin, setelah ada putusan Mahkamah Agung terkait diterimanya Peninjauan Kembali Ijin Lingkungan PT Semen Indonesia dan berimplikasi dihentikannya operasional pembangunan pabrik pada 5 Oktober 2016, PT Semen Indoesia tidak mengerem atau menghentikan pembangunan pabrik tetapi seolah mempercepat pembangunan.
Setelah warga menerima salinan putusan MA, Gunretno kembali mengirim pesan singkat kepada  Staf Gubernur bermaksud menanyakan apakah salinan sudah diterima Gubernur. Karena tidak mendapatkan balasan, dua hari setelahnya Gunretno berinisiatif menelpon Ganjar Pranowo, menanyakan apakah salinan putusan MA sudah diterima. Juga pemberitahuan bahwa warga Kendeng akan melakukan longmarch sejauh 1500 Km, mulai Rembang-Semarang untuk mengawal putusan MA dan mendesak Gubernur Jawa Tengah mencabut Ijin Lingkungan atas nama PT Semen Indonesia.
***
Laa Ilaaha illallah muhammadun Rasulullah
Ibu bumi wis maringi ibu bumi dilarani ibu bumi kang ngadili
Diringi lantunan Tauhid dan tembang Jawa, Tepat pukul sembilan lebih duapuluh delapan menit pada hari Jumat, 9 Desember 2016 rombongan warga kendeng yang terdiri dari masyarakat Rembang, Pati, Grobogan dan Blora sampai di depan Kantor Gubernur Jateng.
Di barisan depan terlihat para kartini kendeng yang beberapa bulan lalu menuntut keadilan di depan Istana Merdeka dengan mengecor kedua kaki mereka. Di belakang barisan kartini kendeng ada para ibu dan perempuan muda yang dengan penuh semangat berjalan sambil merapal doa demi terkabulkannya tuntutan mereka. Di belakangnya lagi ada barisan bapak-bapak dan elemen gerakan mahasiswa turut serta bersama rakyat mengawal putusan Mahkamah Agung.
Meskipun telah berjalan kaki sepanjang 1500 kilometer dan sempat singgah sebentar di beberapa tempat seperti Juwana, Kudus dan Demak, tidak nampak aura kelelahan di wajah para pejuang kendeng. Mata mereka menyiratkan optimisme, bibir mereka selalu merapal doa dan laku mereka mengagungkan ibu pertiwi dan Yang Maha Esa. Tujuan mereka adalah satu, meminta kepada Gubernur Jateng untuk segera mencabut ijin lingkungan PT Semen Indonesia. Warga juga turut mendoakan Ganjar agar kuat menghadapi kasus Semen Rembang ini karena ada banyak pengaruh di sekelilingnya.”Kami juga mendukung gubernur agar kuat menghadapi persoalan ini,” ujar Joko Prianto dalam orasinya di depan massa aksi.
Selama ini warga yang menolak pendirian pabrik Semen di Rembang dibantu Lembaga bantuan Hukum Kota Semarang, Wahana Lingkungan Hidup dan seluruh masyarakat selalu berjuang dengan aksi damai dan melalui jalur hukum. Berkali-kali kalah di PTUN Semarang dan PT TUN Surabaya, akhirnya suara merekadi dengar oleh hakim Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan mereka kepada Gubernur Jawa Tengah dan PT Semen Indonesia.
Ini adalah sebuah upaya warga negara menuntut hak-haknya memalui jalur hukum yang sesuai dengan konstitusi di Indonesia. Juga atas saran Sang Gubernur sendiri agar warga sebelum melakukan penolakan membaca dan menelaah dulu AMDAL. Kemudian jika ingin menolak harus lewat jalur hukum. Akhirnya pada hari Jumat ini mereka berharap disambut dengan baik oleh Gubernur di Rumah Rakyat.
“Banyak masyarakat di jalan yang menyambut baik dan polisi yang mengawal. Disini menunggu Sang Gubernur keluar menemui warga,” ungkap Gunretno. Warga asal Pati ini juga mengatakan dirinya sempat mendapat kabar akan ada saudara-saudara Rembang yang mendukung pembangunan pabrik semen akan menggelar aksi di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah dengan massa sekitar 400-4000 orang. “Dulur kendeng tidak gentar (dengan kabar itu), (karena) akan selalu mendapat dukungan,” ungkapnya.
Sebuah keyakinan memperjuangkan alam lestari yang selalu dipegang Gunretno bersama seluruh masyarakat di sekitar Pegunungan Kendeng, memberikan pelajaran penting kepada para pemimpin dan masyarakat Indonesia secara luas.
Gerakan penolakan pembanguynan pabrik semen di Rembang agar alam tetap lestari juga mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat khususnya para Ulama. Ini ditegaskan dengan kehadiran Kyai Budi Harjono dan Gus Ubaidillah Achmad di tengah-tengah massa aksi. Gus Ubaid, menjelaskan ada yang janggal dengan sikap Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawaq Tengah. Gub selalu mengulang-mengulang, ‘apapun yang menjadi keputusan hukum akan saya patuhi.’ Tetapi ketika ada putusan MA pura-pura tidak tahu, bahkan memelintir fatwa ulama besar.
“Pintarnya gubernur menginterpretasi fatwa ulama. Yang keluar pemelintiran kata pesan ulama,” ungkap Dosen UIN Walisongo ini. “Seluruh ulama Rembang mendukung tolak semen,” lanjutnya.
Gus Ubaid juga menganggap Ganjar Pranowo sebagai pemimpin tidak cepat merespon sebuah keputusan yang bijak untuk masa depan anak cucu. “Memperlambat hukum dan keadilan, adalah pelanggaran terhadap hukum dan keadilan itu sendiri,” tegasnya.
Kemudian pengasuh Poadepokan Assufah Pamotan Rembang ini menjelaskan, mengapa para Ulama tidak ikut turun mendukung gerakan tolak pabrik semen? Menurutnya, tugas Ulama adalah berbicara atas pencerahan dan pembebasan, memberikan semangat dan diorongan spiritual. Sedangkan hak kewarganegaraan hanya bisa dilakukan oleh warga negara sendiri. “Sekarang kita datang atas nama bangsa Indonesia, menjaga hubungan suci antara kita dan alam yang penting sebagai pelajaran anak cucu kita,” tegasnya.
Gus Ubaid juga mendorong para warga untuk terus berdoa dalam usaha perjuangannya, “Karena doa yang benar, dibaca orang yang benar dan untuk tujuan yang benar dipangku Gusti Allah. Sedangkan doa yang salah, dibaca orang yang salah dan untuk tujuan yang salah untuk menmghakimi diri sendiri.”
***
Bumi kang lestari peparingi Gusti
Manungso ngatur lan ngopeni
Mboten paring ngrusak anugerah Gusti
Monggo sesarengan dipun jagi
Ojo gampang keno kegowo howo nafsune
Ojo gampang kesemsem setan lan rayuane
Alas wis ditebang nganti Padang Jonggrang
Njur sak Iki gunung arep ditambang
Massa aksi dipandu para kartini kendeng mendendangkan lagu jawa sebagai pengingat semuanya bahwa alam adalah pemberian Tuhan dan tugas manusia menjaganya serta memanfaatkan secukupnya. Jangan sampai terguda rayuan nafsu untuk mengeksploitasi sumber daya alam negeri ini. Setelah bernyayi dilanjutkan dengan shalawat nabi dipimpin oleh Kyai Budi. Sebelumya Pengasuh Pondok Pesantren Al Islah Semarang ini mengatakan, “Saya menyaksikan gedung di belakang saya yang punya halaman luas ini, tetapi  rakyat tidak diberi jalan masuk. Pertanda bahwa semua yang di dalamnya bukan milik rakyat.”
Sebelumnya tersiar di beberapa media bahwa Ganjar Pranowo sudah mengatakan tidak akan menemui warga kendeng karena di hari yang sama dia ada acara di Riau untuk menerima penghargaan dari KPK soal gratifikasi. Ganjar tetap mempersilakan warga yang hendak berunjuk rasa. Menurutnya para peserta aksi bukan berasal dari Kabupaten Rembang saja, melainkan ada juga warga Pati, blora dan Kudus. Mereka kemuyngkinan ditemui pejabat lain pemerintah provinsi.
Shalawat terus berkumandang, perwakilan masyarakat Kendeng bersama LBH dan elemen mahasiswa masuk Kantor Gubernuran untuk melakukan audiensi. Di dalam mereka diterima oleh Siswo Leksono (Asisten I Gubernur), Agus Sriyanto (Kepala BLH Provinsi), Bambang MP dan Bowo Suryono. Pertemuan di dalam gedung Gubernuran itu berlangsung selama kurang lebih dua jam.
Menunggu perwakilan warga yang sedang audiensi massa di depan gubernuran tetap mengumandangkan sholawat diselingi oleh orasi dari beberapa perwakilan warga. Hanendya, perwakilan dari elemen mahasiswa menyampaikan dalam setiap kesempatan Ganjar selalu mengatakan Tuanku adalah rakyat. “Tetapi ketika ada warga kendeng menjemput Keadilan, kemana dia? Nyatanya hanya diwakilkan asisten,” serunya. Mahasiswa Unnesini juga berpesan kepada sesama rekan mahasiswa yang ikut aksi untuk tetaplah berjuang bersama rakyat. “Temani rakyat. Tetap di sini sebelum Ganjar menemui rakyat!” pungkasnya.
***
Gunretno keluar dari kantor Gubernuran Jateng bersama rombongan perwakilan warga ketika suara adzan pertanda sudah waktunya sholat dhuhur berkumandang. Dengan langkah tegap dan wajah tetap tenang Gunretno berbicara di depan massa aksi menyampaikan hasil audiensi. Massa aksi hening seketika, menunggu harap-harap cemas.
“Dugaan saya salah semua,” kata Gunretno mengawali kalimatnya. “Tuntutan kita mencabut ijin lingkungan sudah dicabut,” lanjutnya. “Tetapi Gubernur Jateng mengeluarkan ijin baru unt semen tanpa sepengetahuan masyarakat.”
Hasil audiensi yang disampaikan Gunretno benar-benar di luar dugaan semua massa aksi. Di awal tuntutan mereka adalah mendesak Ganjar Pranowo mencabut Ijin Lingkungan Pabrisk Semen, dan warga tidak akan pulang sebelum tuntutannya dipenuhi. Tetapi Ganjar sungguh licik, sesuai yang disampaikan saat audiensi bahwa Gubernur sudah menerima dan membaca putusan 99 PK/TUN/2016 dan telah mencabut ijin lingkungan (660.30/17 Tahun 2012) pada tanggal 9 November 2016. Dan pada tanggal yang sama dengan dicabutnya ijin lingkungan Pabrik semen, Gubernur juga mengeluarkan SK ijin lingkungan baru No. 660.1/30 tentang kegiatan penambangan bahan baku semen dan pembangunan serta pengoperasian pabrik semen PT semen Persero tahun2016.
Seperti disampaikan Wahyudi Joko dalam audiensi, alasan dikeluarkannya ijin baru berdasarkan pasal 50 ayat (2) huruf a dan b PP 27 tahun 2012, adanya perunahan nama dahulu PT Semen Gresik menjadi PT Semen Indonesia dan adanya permohonan perubahan data (luas wilayah tambang batu gamping dan batu lempung semakin mengecil) sehingga dilakukan perubahan dengan mengeluarkan ijin baru
“Pak Ganjar lamis!” teriak Gunretno seketika setelah membacakan hasil audiensi. Lamis dalam bahasa Jawa adalah orang yang suka berjanji tapi tidak ditepati. Hal itu kiranya memang sesuai dengan posisi Ganjar Pranowo sekarang ini. Menyuruh warga menolak lewat jalur hukum, ketika sudah ada putusan dari MA yang membatalkan ijin lingkungan pabrik semen, Ganjar mencabut ijin tersebut tetapi mengeluarkan ijin baru.
Sebelumnya juga sudah ada amanat dari Presiden Jokowi,bahwa persoalan Kendeng harus dilakukan kajian strategis lintas kementerian terlebih dahulu, dan ijin tambang harus berhenti. Ada laporan juga dari Asosiasi Semen Indonesia bahwa semen di Indonesia over produksi, lantas, pabrik semen untuk siapa?
“Mengakui tidak Pak Jokowi itu Presiden Indonesia?’ pungkas Gunretno.
***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *