SEMARNEWS.COM | SEMARANG – Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) memandang perlu upaya dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Hal ini memang tak lepas dari adanya persoalan terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama. Sebuah fenomena terbalik dari agama yang pada umumnya mengajarkan kasih sayang dan kerukunan bagi alam semesta. Dewasa ini ketegangan hubungan antar umat beragama juga diperuncing dengan perilaku politik identitas yang digaungkan sebagian golongan.
Oleh karena itu, Ketua Dewan Pelaksana Pengelola (DPP) MAJT, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA menyampaikan ide yang dapat ditempuh, diantaranya dengan membentuk paguyuban takmir (Pengelola) rumah ibadah lintas agama.
“Saya punya gagasan adanya paguyuban takmir (Pengelola) rumah ibadah lintas agama. Jika para tokoh lintas agama yang hadir disini setuju, nanti bisa kita wujudkan setelah lebaran,” kata Noor Achmad dalam pidato pembuka acara dialog Lintas Agama dan Buka Bersama Aula MAJT, Sabtu (25/5/2019).
Mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu menuturkan, upaya untuk menjalin kerukunan antar umat beragama terus dilakukan MAJT. Menyambut bulan Ramadan 1440 H kemarin, pihaknya juga bekerja sama dengan Gereja IFGF Semarang dalam menggelar bakti sosial bazar berupa paket sembako murah kepada masyarakat.
“Ada 3000 paket sembako yang disediakan, per paket seharga Rp 100 ribu, pengunjung (Jamaah) cukup membayar separonya, yakni: Rp 50 ribu. Hari ini, kita gelar buka bersama tokoh lintas agama, inilah salah satu cara kita merekatkan hubungan harmonis komunikasi lintas agama,” ujarnya.
Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini menambahkan, kegiatan seperti ini rutin dilakukan tiap tahun (tiap Ramadhan) untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan. “Tahun lalu sudah kita laksanakan, kedepan akan terus kita gelar kegiatan positif ini,” tandasnya.
Gagasan tawaran solusi tersebut mendapatkan apresiasi dari Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang, Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr. Menurutnya inisiatif pengurus DPP MAJT perlu didukung. “Ini menunjukkan sikap moderat para pengurus (MAJT). Saya sangat mengapresiasi inisiatif ini. Bahkan, muncul gagasan untuk membentuk paguyuban para pengurus rumah Ibadah lintas agama. Ini bagus, perlu kita dukung,” ucap Romo Budi
Romo yang pernah mengemban tugas sebagai Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS) itu melanjutkan, puasa tidak hanya umat muslim saja yang melakukannya, bahwa puasa sebenarnya menjadi bagian dari ungkapan iman semua agama. Diterangkannya, puasa dalam agama Katolik sendiri dilaksanakan 40 hari mulai Rabu Abu hingga Sabtu Suci, sesudah wafat Isa Almasih. Masa puasa disebut Masa Prapaskah. Ungkapan iman ini juga diikuti dengan perwujudan iman melalui Aksi Puasa Pembangunan (APP).
“APP diintensifkan untuk karitatif dan pemberdayaan kaum KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel). Semua dimaksudkan untuk semakin mengasihi Tuhan, sesama dan semesta,” urainya.
Dikemukakan lebih lanjut oleh Romo Budi, hakikat puasa dalam tradisi Islam juga ditempatkan dalam konteks hidup rukun, toleran dan harmonis. “Ini bagus sekali, sangat relevan juga dengan ajaran agama kami,” tegasnya.
Selain Romo Budi, apresiasi dan gayuh bersambut juga datang dari tokoh-tokoh agama yang lain, diantaranya dari Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong, Harjanto Halim. Halim mengemukakan, kegiatan buka bersama lintas agama yang dipelopori MAJT bagus sekali, ini menunjukkan bahwa rumah ibadah umat muslim (Masjid) di Indonesia, utamanya MAJT yang berada di Kota Semarang ini sangat terbuka.
“Semua tokoh agama lintas agama diundang, kita bisa saling berbagi, bisa saling bercerita, merefleksikan makna puasa bagi agamanya masing-masing. Saya juga berharap gerakan yang bagus ini, diikuti para pengelola rumah ibadah yang lain bisa membuka diri, mau menerima terhadap umat agama yang lain,” harapnya.
Terkait usulan Ketua DPP MAJT, Prof. Noor Achmad, dirinya sangat setuju dan mendukung. “Prinsip saya setuju. Harapan kami tidak hanya berhenti di takmir (Pengelola) rumah ibadah saja. Namun bisa diikuti umatnya masing-masing,” pungkas pengusaha Semarang ini.
Acara dialog buka bersama lintas agama yang diikuti perwakilan tokoh lintas agama Semarang dan Jawa Tengah berjalan cukup gayeng dan semarak, gelak tawa menyambut buka bersama mewarnai acara tersebut. Tampak hadir Ketua Penasehat Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Jateng, sekaligus pendeta Gereja IFGF Semarang, Ps. Dr. Budi P. Hidayat, MA, Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang, Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr, Utusan Vihara Tanah Putih, Pandita Wahyudi, Wakil Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Jateng, Js. Andi Tjiok.
Tokoh lainnya, Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong, Harjanto Halim, Ketua DPP MAJT, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA, Mantan Gubernur Jawa Tengah, H. Ali Mufiz, MPA, Ketua PCNU Kota Semarang, Anashom dan tokoh-tokoh penting lainnya. (HQ).
—————