Sepakbola merupakan olahraga yang digemari di seluruh penjuru dunia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Bahkan kalau di brasil, sepakbola sudah seperti agama bagi para pelaku dan penggemarnya. Sepakbola menjadi sebuah investasi yang cukup menarik dan menguntungkan bagi para pengusaha untuk menambah asetnya. Saat ini, Tiongkok sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbanyak didunia dan raksasa ekonomi dunia, para pengusahanya berlomba-lomba untuk membeli club-club ternama di dunia, sebut saja seperti Inter Milan, Manchester City telah jatuh kepelukan Pengusaha-pengusaha yang berasal dari negara tirai bambu, tak menutup kemungkinan Real Madrid dan Barcelona juga. Bahkan, AC Milan juga masih dalam radar ekspansi modal pengusaha Tiongkok.
Lubang Hitam Euro 2016
Termasuk juga Euro 2016, gelaran sepakbola antar negara Eropa empat tahunan inipun tak luput dari sasaran para investor asal Tiongkok. Melalui perusahaan elektronik Hisense, Tiongkok menancapkan tajinya dalam ranah industri sepakbola eropa. Dan selangkah lagi menjejakkan kaki kekancah sepakbola dunia menyusul kesepakatan sponsorship antara FIFA dan Grup Wanda.
Prancis, Sebuah Negara dengan pesona menara eifel nan indah menyihir mata yang melihat karena bentuknya yang cukup unik. Negara eropa yang penuh dengan warna-warni ras ini menjadi Tuan Rumah event akbar itu. Limapuluh tiga negara telah menenmpuh babak kualfikasi yang panjang sejak 23 september 2014 hingga November 2015. Sekarang tersisa dua puluh tiga negara ditambah Perancis sebagai tuan rumah yang berhak otomatis lolos. Keduapuluh empat tim itu harus melewati babak penyisihan yang panjang. Dua puluh empat negara itu yakni Prancis, Spanyol, Jerman, Inggris, Portugal, Belgia, Italia, Swiss, Kroasia, Austria, Rusia, Ukraina, Republik Ceko, Swedia, Polandia, Rumania, Slovakia, Hungaria, Turki, Republik Irlandia, Islandia, Wales, Albania dan Irlandia Utara.
Namun tahukah sahabat, dibalik gegap gempita euro 2016, saat ini Prancis sedang dalam keadaan gejolak sosial yang mengerikan. Beberapa jam sebelum pembukaan euro 2016, ribuan masyarakat prancis menggelar aksi menolak rancangan UU Buruh yang baru. Mulai dari buruh pabrik, kereta api, bus, petugas kebersihan, dan lain-lain sepakat mogok kerja sampai tuntutan mereka dikabulkan: menghapus UU Ketenagakerjaan baru yang diusulkan oleh Myriam El-Khomri (menteri tenaga kerja Perancis). UU tersebut akan menambah jam kerja buruh dari 10 jam menjadi 12 jam/hari dan memfasilitasi PHK dan ancaman PHK bagi para pengusaha di sana.
Undang-Undang yang diusulkan dirasa akan membiarkan pihak pengusaha memotong hak dasar pekerja karena mereka diberikan kebebasan lebih besar untuk mengatur tingkat upah dan kondisi kerja. Serikat buruh mengatakan, UU yang diusulkan itu bukan cara untuk mengatasi tingkat pengangguran yang dijanjikan oleh Presiden Prancis Farncois Hollande. Selama beberapa bulan ini, Hollande menghadapi banyak protes mengenai pertumbuhan ekonomi Prancis yang lamban.
Berbicara masalah Ekonomi, eropa yang sedang jatuh saat ini memang cukup memprihatinkan, bagi salah satu negara yang berada di jajaran ternama eropa, Prancis dengan nekad dan berani menyelenggarakan Euro 2016 yang dirasa bagi masyarakat kelas bawah menghambur-hamburkan anggaran yang sangat besar. Mulai dari pembaruan stadion, fasilitas, transportasi dan lain sebagainya. Selain itu UU yang diusulkan seakan-akan buruh itu hanya sebuah alat yang boleh diperlakukan apa saja oleh pengusaha, dan kepentingan lain juga kemungkinan demi suksesnya euro 2016 buruh dipaksa untuk bekerja keras bahkan kalau perlu ditambah jam kerjanya, yang terpenting euro 2016 sukses, dengan cara merevisi UU yang ada.
Selain itu masalah lain terkait keamanan yang ada, kejadian ditangkap nya seorang pemuda yang terduga teroris ketika menjelang laga pertama antara Prancis vs Rumania yang berakhir dengan keunggulan prancis dengan skor 2-1 atas rumania juga membuat heboh keamanan yang ada. Ini membuktikan bahwa terorisme pun masih bergeliat dalam hal penggagalan jalannya pertandingan sepakbola di Perancis.
Di Prancis saat ini juga sedang terjadi gejolak politik yang dahsyat, masalah ideologi, masalah multikulturalisme yang ada yakni menolak imigran atau orang yang tidak berasal dari bumi prancis. Hampir semua partai politik yang ada di Prancis memiliki ideologi dengan garis pembatas yang jelas. Partai berhaluan sosialis bergabung dengan koalisi besar bernama Partai Sosialis. Sementara itu, partai-partai konservatif bergabung dengan koalisi bernama Partai Gerakan Masyarakat (UPM-Union for a Popular Movement). Selain dari dua koalisi besar tersebut, ada pula partai yang paling keras menentang imigran: yaitu Partai Front Nasional. Partai ini dipimpin putri Jean Marie Le Pen. Partai ini sendiri digolongkan sebagai “far right” atau ultra-nasionalis. Hal ini meruncing sehingga muncullah Rasisme dan menggolongkan manusia dalam hal jenis kulit putih dan kulit hitam.
Dalam situasi politik dan ekonomi yang sedang limbung, mungkin kita boleh memberikan Standing Ovation untuk kenekatan Perancis menyelenggarakan Euro. Dan semoga ini tidak berdampak pada timnas Prancis dan jangan sampai sepakbola dibawa keranah politik karena kepentingan dan kekuasaan.
Jangan sampai perhelatan akbar euro 2016 yang suci ini ternodai oleh kepentingan golongan apalagi politik terhadap timnas prancis, juga sepakbola sekali lagi harus menjadi milik semua kalangan bukan hanya elite saja. Prancis harus berlapang dada dan sabar dalam memanggung amanah sebagai Tuan Rumah Euro 2016 namun mereka juga jangan sampai mengorbankan Rakyat Mereka hanya untuk kepentingan elite dan pengusaha semata And say no to Racism.
Tema mengenai dinamika ekonomi-politik perancis dalam pagelaran Euro mungkin tidak terlalu penting buat masyarakat Indonesia. Selain karena berbeda kondisi politik, juga karena masyarakat kita lebih memilih menikmati tiap-tiap pertandingan. Namun, penting sekali bagi kita untuk merefleksikan, betapa kekuatan modal memang sangat ganas, bak malaikat maut, kekuatan ini siap menerkam siapa saja yang tak punya kekuatan ekonomi memadai. Sedangkan negara kita sudah berkali-kali menerima terkaman monster kapitalisme ini.
semoga ini menjadi refleksi bagi kaum pergerakan yang menggemari sepakbola.
*Bima Sakti, Penulis adalah Presiden BEM FST UIN WALISONGO 2016 KABINET GALAKSI dan sedang sibuk memikirkan judul skripsi