foto:welovedetectiveconan.tumblr.com |
Lagi-lagi terpaksa saya menampilkan tulisan dengan latar belakang pilkada DKI 2017, karena untuk membicarakan banyak hal, isu ini bisa jadi kaca mata paling jernih, atau setidaknya bisa jadi batu jinjit buat ngintipin fenomena lain, bahkan yang tidak berkaitan sekalipun. Dan dari banyak spekulasi yang berkembang seputar pilkada DKI, tentu surat Al-maidah ayat 51 menjadi pemicu paling “sadis” yang paling mendapat sorotan. Bisa jadi dengan ayat ini, Gusti Allah sedang menunjukkan kekuasaannya, kita yakini saja itu, sekalipun agak dipaksakan.
Sebelum saya melanjutkan cerita, saya harus tegaskan, apa yang dibicarakan di sini bukan suatu kebenaran mutlak, karena kebenaran hanya milik Gusti Allah dan yang sedang menjalankan konspirasi. Kita-kita yang banyak bacot ini, menurut Buya Syafi’I, cuman tentara setan yang gak begitu penting buat didengerin omongannya. Sekali lagi, kita yakini saja itu, biar nanti kalo saya salah omong bisa dimaklumi dan gak digepyok-oyok sama FPI sampe babak-belur kayak si Ahok yang keceplosan ngerasani Al-Maidah 51.
Dan perlu saya tegaskan pula, yang saya ceritakan di sini masih berupa spekulasi, bukan hipotesis atau justifikasi, cuman spekulasi, bahkan bagian dari spekulasi yang enggak terlalu penting buat dijadikan bahan omongan. Sama kayak spekulasi-spekulasi yang lain dari orang yang sama-sama bukan ahli, malahan bisa ni disamakan sama omongannya tukang becak dan ibu-ibu yang ngerubungin gerobak sayur.
Jujur saja, kalo terlalu serius ngomongin pilkada DKI dan seputarnya secara rigid dan penuh data, saya nyerah. Lha gimana mau fokus ngikutin berita coba, wong wifi sama tivi aja lagi sakit gara-gara kena ujan. Untuk memenuhi hasrat berkomentar saya ya mau gak mau dengan cara berspekulasi alias ndobol. Yang penting, sebage kaum intelektual revolusioner yang berani bersikap, harus ada statement yang kita ungkapkan. Biar keren…
Begini nih, ada satu hal yang bisa kita jadikan bahan spekulasi yang menarik yang gak bakalan membosankan. Apa itu? Konspirasi. Konspirasi yang bagaimana? Konspirasi para Jendral purnawirawan buat menjatuhkan Jokowi dari tahta kepresidenan. Apa iya? Wawwohua’lam. Emang siapa yang tau.
Setiap ada pristiwa politik, kita jangan sampe lupa ngomongin topik yang satu ini. Kalo gak ada obrolan tentang konspirasi, berarti masih dianggap sebagai pengamat politik amatir. Kok bisa? Karena, obrolan soal konspirasi dianggap sebagian aktifis sebagai wacana non-mainstream, yang media-media gak pernah berani menampilkan. Mengapa demikian? Karena kalo media-media mengangkat topik berbau konspirasi, media itu bakal dianggap tidak objektif dan tidak akurat. Lah kok? Kan saya udah bilang, ini spekulasi alias obrolan ndobol, masa media menampilkan berita ndobol…
Ceritanya begini, pak Jokowi ini kan presiden satu-satunya dalam sejarah Indonesia yang dari kalangan rakyat jelata (anggep aja begitu), beda dengan presiden-presiden sebelumnya, kalo enggak jendral ya keturunan tokoh pejuang atau orang yang udah malang-melintang jadi tokoh nasional.
Nah, khusus para jendral purnawirawan, baik yang pernah jadi presiden maupun yang punya rencana jadi presiden atau yang pernah nyalon presiden tapi enggak jadi, mereka sedang merencanakan bagaimana supaya pak Jokowi ini turun dari jabatannya, atau setidak-tidaknya gak seenaknya sendiri. Minimal sowan gitulah kalo mau bikin proyek infrastruktur.
Lah, pak Jokowi yang sedang asyik-asyiknya menata infrastruktur, kelihatannya cuek bebek sama para jendral purnawirawan ini, bahkan tidak ada “upeti” atau cipratan apapun yang masuk kekantong para purnawirawan. Yang begini ini kan menyedihkan. Nah, sekarang ini nih, para purnawirawan ini gerah, mereka harus bertindak biar pak Jokowi ngelirik mereka. Mereka mau ngasih tau ke pak Jokowi, “tanpa kehadiran Purnawirawan, negara gak bakalan bisa maju” begitu.
Buat ngasih kode itu, para purnawirawan memainkan bonekanya, yaitu FPI. FPI ini, menurut sebagian pengamat, adalah piaraan para jendral purnawirawan buat mengalihkan isu. Malahan bukan cuman mengalihkan isu, FPI bisa disewa buat melaksanakan kepentingan apa aja, dari yang mulia sampe yang kotor njetor dan dijamin mendapat ridho dari Gusti Allah. Inget, demo 4 November kemaren dan 25 November nanti itu cuman kode, belum aksi yang sebenarnya dari para purnawirawan ini.
Tapi saya yakin, FPI gak bakalan terima kalo dituduh sebagai bonekanya para purnawirawan. Mereka beranggapan sedang melakukan jihad dijalan Allah dengan niat yang tulus dan murni tanpa ditunggangi kepentingan siapapun. Tapi wajar FPI gak ngerasa sedang ditunggangi, bukannya mereka gak mau ngaku, mereka emang gak sadar sedang ditunggangi.
Kok bisa FPI gak terima dibilangin piaraannya para jendral? Iya, mereka bener-bener gak sadar siapa yang menggerakkan mereka, siapa yang membiayai mereka, dan dari mana uang oprasional organisasi. Yang tau cuman elit-elitnya FPI doang, mereka nerima dana aja gak langsung dari para purnawirawan, mereka nerimanya dari kurir, kurir yang memang ahli, ada yang bilang kurirnya ini anggota BIN. Kurirnyapun gak cukup satu orang, ada banyak kurir, mulai dari para petinggi BIN sampe intelejen kelas bawah, dan udah mengakar.
Bahkan, para kurir ini bisa mensetting bagaimana biar aliran dana ke FPI bisa lancar walaupun para purnawirawan jendral ini gak tau bagaimana FPI bergerak. Setelah dana sampai ke FPI dan kemudian FPI bergerak brutal, para aparat keamanan seakan dibikin bingung gimana caranya meredam mereka. Aparat keamanan ini, baik polisi atau TNI, sama-sama gak sadar kalo FPI adalah piaraannya para purnawirawan. Maka wajar juga kalo aparat keamanan gak ngerasa sedang bekerjasama dengan FPI. Yang mereka tau, kalo FPI bertindak brutal dan susah dicegah, maka sumber yang bikin FPI ngamuk ini yang harus “diamankan” biar si FPI bisa jinak. Njelimet kan konspirasinya.
Satu-satunya pihak yang bisa mengendalikan FPI ya cuman kurir-kurir itu tadi, tentunya berdasarkan pesanan para purnawirawan. Inget, pesanan bukan instruksi, karena para purnawirawan juga gak bisa mengendalikan para kurir tanpa biaya yang jelas.
Mungkin ini yang disebut proxy war, hal kayak gini juga terjadi sama taliban, Al-Qaeda, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, termasuk ISIS. Kelompok Islam ekstrem ini (selain ISIS) dulunya dibentuk berdasarkan Pan-Islamisme, namun dalam perkembangannya ternyata ditunggangi Amerika dengan kurirnya yang berupa CIA, MI6, Mossad, dan intel-intelnya NATO untuk menyerang paham Komunisme yang berkembang di Uni Soviet.
Setelah Soviet hancur, Islam Ekstreme ini “mencari” musuh baru. Akhirnya, kapitalisme yang digawangi Amerika dijadikan musuh oleh mereka karena dianggap menghisap sumber daya alam dan meracuni akidah negara-negara Islam. Namun anehnya, diduga gerakan Islam Ekstreme ini mendapat sponsor dari Amerika, yang lebih aneh lagi, pemerintah Amerika berkali-kali menyanggah hal itu. Maka kecurigaan mengarah ke CIA, MI6, Mossad, dan intel-intelnya NATO yang masih mendanai kelompok Islam Ekstreme dari anggaran negara mereka masing-masing yang memang non-budgetting. Klopp sudah, Amerika gak sadar telah menumbuh-suburkan gerakan Islam Ekstrem, Islam Ekstreme juga gak sadar kalo dana mereka berasal dari Amerika. Bahkan hingga terbentuknya ISIS.
Inilah yang saya namakan konspirasi bertangga. Baik pihak pemberi dana dan penerima dana sama-sama gak sadar kemana dan dari mana dana mereka dialirkan dan digunakan. Yang penting dana udah ngalir, pesanan jalan. Itulah hebatnya para intelegen berbaju kurir, mereka bisa mensetting sedemikian rupa konspirasi bertangga ini hingga kita sama-sama tidak sadar.
Saya tidak tahu bakal kayak gimana. Bahkan cerita-cerita soal konspirasi ini juga saya gak berani jamin kebenarannya.
Seandainya Indonesia punya detektif hebat sekelas Connan Edogawa, saya yakin, semua benang ruwet politik bangsa ini bisa diurai. Dan saya yakin, Connan bisa menjelaskan secara runtut maksud kepentingan yang sebenarnya. Bahkan bisa men-suspect siapa aktor dan dalang dibalik konspirasi bertangga ini.
Kasihan Pak Jokowi dan para purnawirawan itu. Mereka sama-sama gak sadar apa sebenarnya yang terjadi. Ujug-ujug ada demo, ada kerusuhan, ada yang nuduh mantan presiden jadi dalangnya, ada isu panglima TNI mau diganti, ada isu demo makar, ada isu-isu-isu. Dan selalu bikin panik para petinggi bangsa.
Semoga Connan sedang bekerja dengan baik. Kita serahkan semua kasus konspirsi ini ke dia. Karena kalo kita serahkan ke lembaga hukum, penyelidikannya gak pernah akurat.