foto:www.fpi.or.id |
Jama’ah ngeProf, udah denger kasusnya mas fauzi? Sekarang dia jadi tersangka gara-gara kasus penistaan agama. Kasus ini bermula dari sebuah laporan yang dilayangkan pihak FPI kepada POLDA Jateng. Waktu awal pelaporan, kasus yang jadi delik aduan adalah buku-bukunya yang kontroversial, di antaranya Agama skizofreniaserta tragedi incest adam-hawa & nabi kriminal.
Judul-judul buku itu memang agak panas didenger. Agama skizofrenia misalnya yang di jelaskan oleh mas fauzi, menurutnya agama-agama smitik mengandung unsur patologi. Apa itu patologi? Ialah ketakutan secara berlebihan kepada suatu hal yang kemudian mengekang kreatifitas. Mas fauzi juga menjelaskan, ajaran-ajaran agama sangat tidak proporsional untuk keberlangsungan kemanusiaan. Contohnya saja perang-perang atas nama agama dan truth claim yang membenarkan keyakinan subjektif dalam keberagamaan, hal ini berpotensi membuat manusia satu dan yang lainnya saling bermusuhan.
Dalam bukunya Tragedi Incest, kritik mas fauzi lebih keras lagi. Dia mencoba menggali kebenaran kisah adam dan hawa yang ternyata menurut mas fauzi, tidak pernah hidup di surga apalagi hidup di langit. Mereka berdua hanya hidup berkoloni dalam sebuah kelompok manusia purba di sekitar sungai eufrat dan tigris di zaman bercocok tanam. Dia mencoba menta’wilkan kata “Jannah” yang sering kita artikan “surga”, setelah ditelisik dengan perangkat ta’lil dan tashrif ternyata kata itu bermakna kebun. Kemudian adam dan hawa menikah, tapi sebenarnya mereka adalah ayah dan anak, nah dalam bahasa medis menikah satu darah istilahnya Incest, sehingga wajar jika mereka diusir dari koloninya.
Dari sekilas pejelasan di atas, mas Fauzi menyimpulkan bahwa agama-agama besar dunia khususnya agama smitik (Islam, Nasrani, dan Yahudi) khususnya islam menyimpan kegilaan dalam ajaran-ajarannya, hal inilah yang menjadi pangkal kontroversi pemikirannya.
Mas Fauzi menjelaskan, agama memang harus dikritik agar tidak mengangkangi kemanusiaan. Kritik terhadap agama sama halnya kritik-kritik terhadap kekuasaan dan kesewenang-wenangan. Karena Agama ketika sudah dilembagakan bisa menjadi alat perusak kemanusiaan. Dan cara yang paling efektif mengkritik agama adalah langsung ke jantung ajarannya, dalam islam yang harus dikritk ya Al-qur’annya.
Pertanyaannya, pantaskah mas Fauzi disebut sebagai penista agama?
Mas fauzi tidak pernah mempersoalkan keberadaan agama-agama. Namun hendaknya keberadaan agama-agama itu harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Agama tidak bisa mengajarkan umatnya untuk membela dan membenarkan agama sendiri hingga umat-umat saling berperang demi hal-hal absurd. Agama-agama harus bisa menyadarkan umatnya untuk saling tenggang rasa, menghargai, dan menghormati. Karena agama yang merusak nilai-nilai kemanusiaan adalah agama yang sedang kesurupan.
Banyak orang kelihatannya pemeluk agama yang sangat fanatik dan ibadahnya luar biasa taatnya, tapi dia lupa dengan kehidupan miskin tetangganya, orang-orang kelaparan di sekitarnya, dan lupa menjenguk orang sakit di sebelah rumahnya hanya karena ingin merenungi “Tuhan”. Bahkan ada orang yang mengaku beriman dan berpenampilan layaknya agamawan namun berkelakuan korup. Mas fauzi hanya menginginkan agama yang waras dan bermartabat, bukan agama yang kesurupan.
Singkat cerita, mas fauzi sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh Reskrimsus POLDA Jateng. Delik aduannya dalah status Facebook dan twitternya. Dan sekarang sudah menjalani beberapa kali proses penyidikan.
Berjuanglah mas Fauzi untuk mengobati Agama yang sedang kesurupan ini…