SEMARNEWS.COM | SEMARANG – Pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT) di Kota Semarang saat ini terus ditertibkan. Dari patroli yang dilakukan oleh Tim Penjangkauan Dinsos (TPD) Kota Semarang terungkap berbagai persoalan sosial yang mesti disikapi oleh semua pihak.
Diungkapkan oleh Koordinator TPD bahwa hasil patroli tersebut terus dipelajari berbagai motif sehingga dapat dimunculkan solusinya. Sebagaimana kasus Mimi, bukan nama sebenarnya. Perempuan berusia 48 tahun warga Jalan Mugas Barat IX no. RT/RW 03/03, Kelurahan Mugasari, Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang tersebut kedapatan tengah membersihkan kaca mobil, akan tetapi saat diangkut TPD mengaku jualan mainan kopat atau owoh-owoh.
“TPD memergoki perempuan tersebut di lampu merah Fatmawati Pedurungan sedang membersihkan pintu mobil di jalan raya dengan sulaknya,” kata Tiwi, Senin (27/5/2019) saat menanti pergantian tim patroli di Balaikota Semarang.
Setelah dimintai keterangan selanjutnya ia mengaku mendapatkan sekitar Rp. 70.000 dari menjual kopat atau owoh-owoh. Ia juga mengaku terpaksa beraktifitas di jalan lantaran suaminya hanya bekerja sebagai penarik becak, sementara dia harus membiayai 2 orang cucunya yang masih SLTP.
Dari hasil aktifitasnya, ia juga mengaku tengah menderita sakit jantung lemah. “Menurutnya, ia berjualan guna mencari penghasilan untuk pengobatannya setiap seminggu sekali,” ujarnya.
Kata Tiwi, saban hari, peremouan tersebut berangkat kerja dari pukul 08.00 pagi hingga 16.00. Saat barang bawaannya diperiksa, ia membawa tas selempang depan, kemoceng, dompet berisi KTP, KIS, listrik pintar, kartu berobat di RSUP dr Karyadi, dan uang senilai Rp. 228.000.
Hasil tangkapan lain, sebut saja Maman yang terjaring saat mengemis di area Indomart Srondol, Banyumanik. Warga Lempongsari 1 Rt 2/3 Lempongsari Gajahmungkur tersebut mengaku terdesak oleh kebutuhan hidupnya. Pria 76 tahun tersebut di awal bulan Ramadhan kembali mengemis. Ia harus menyambung hidup dengan menanggung seorang istri dan 2 orang cucunya.
“Dulu anaknya sering kasih jatah tapi beberapa bulan ini sudah tidak lagi kasih jatah untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga ia terpaksa turun lagi ke jalan,” bebernya. Ketika barang bawaannya diperiksa, ia membawa sebuah dompet berisi uang sejumlah Rp.101.900, dan E-KTP.
Selain dua orang warga Semarang, terdapat pula warga luar Kota Semarang. Diakuinya, dalam patroli bulan ini mereka yang terjaring dalam patroli didominasi warga luar Kota Semarang dan tanpa identitas. Seperti orang yang mengaku bernama Mudasir.
Pria yang terjaring patroli saat tiduran di tepi jalan samping pintu keluar tol Krapyak tersebut sulit diajak berkomunikasi. “Karena tiduran di pinggir jalan dan membahayakan pengguna jalan maka tim segera membawanya,” ucapnya. Dari pria tersebut didapati uang senilai Rp.14.600 dan sebuah korek api.
Kasie TSPO, Anggie Ardhitia saat diminati keterangan mengatakan, dalam pelepasan atau pengembalian kelayan tahap pertama yang terjaring Patroli Ramadhan ada beberapa yang sudah pernah terjaring. “Dalam tahap pertama ini kami kembalikan sekitar 25 orang. Mereka yang terjaring Dinas Sosial akan dibina minimal 15 hari. Apabila yang sudah pernah terjaring akan kami tindak lebih tegas,” tandasnya.
Anggie melanjutkan, kami Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Sosial akan selalu berusaha keras untuk membersihkan Kota Semarang dari Anjal PGOT. Bagi mereka yang terjaring khususnya untuk warga kota Semarang akan kami bantu untuk mencarikan solusi supaya tidak turun kembali ke jalan.
Anggie menegaskan, Dinsos telah berkoordinasi lintas OPD supaya dapat bergerak bersama untuk dapat membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Ia berharap peran aktif dari masyarakat untuk tidak memberikan sesuatu kepada pengemis, tidak membeli koran kepada anak yang berjualan koran dan ikut mendukung Perda kota Semarang no 5 tahun 2014
Sementara, Kepala Dinsos Semarang, Muthohar menyatakan perlunya menambah materi pada para kelayan selama ada di asrama. Selain itu, dirinya juga mengingatkan akan bahaya dan dampak negatif perilaku orang yang terbiasa hidup menggelandang di jalanan. Karenanya ia berharap agar keluarga juga turut bertanggung jawab dalam membina kelayan. “Selanjutnya akan kami evaluasi proses patroli sampai nanti keluarga menjemput di Among Jiwo,” pungkasnya. (HQ)
—————