SemarNews.com | Semarang – Pemilihan umum (Pemilu) yang digelar pada 17 April mendatang kian menajam, terutama dalam pemilihan presiden (Pilpres). Berbagai isu politik yang gencar dan saling serang demikian kencang di media sosial. Romo Aloys Budi Purnomo melalui pameran lukisan yang digelar di Pastoran Johannes Maria, Kompleks Kampus Unika Soegijopranoto, Gang Kampung Asri, Jalan Pawiyatan Luhur, Bendan Dhuwur, Kota Semarang menyerukan pesan kerukunan, kemanusiaan, dan kebangsaan.
“Saya memilih menyerukan kerukunan, kemanusiaan dan kebangsaan di tengah eskalasi politik, ketegangan yang memanas antar dua kubu pendukung Paslon Capres-Cawapres. Plus kubu penyeru ajakan Golput, suasana bukannya adem ayem tentrem, melainkan kian memanaskan keterbelahan,” ujarnya, Sabtu (23/3/2019). “Pesta demokrasi yang semestinya menggembirakan dan membahagiakan justru berada dalam situasi kritis karena cenderung terlalu politis dalam rangka Pilpres dan Pileg 2019,” imbuhnya.
Karenanya, sambungnya, tiga hal itulah yang kemudian saya elaborasi bersama beberapa kawan pecinta seni, budaya dan sastra puisi dalam Pameran Seni Rupa 23-24 Maret 2019. Tim Karya Kerasulan Jurnalistik INSPIRASI, Lentera yang membebaskan bersinergi dengan Sanggar Seni Tosan Aji Gedongsongo Ungaran, dan Campus Ministry Unika Soegijapranata yang didukung Gusdurian Semarang menyelenggarakan pameran dan pentas seni budaya serta sastra ini.
Dia menerangkan, kegiatan tersebut sekaligus menjadi kelanjutan Pameran Lukisan 21-25 Maret 2018 tahun lalu yang bertajuk “Perdamaian Palestina, Kerukunan Kita”. Sedangkan tema pameran lukisan kali ini, 23-24 Maret 2019 adalah “Kian Berbagi Berkat Bagi Kerukunan, Kemanusiaan dan Kebangsaan”.
Dia menerangkan, seni budaya dan sastra difokuskan kepada para Romo, Suster, aktivis perempuan dan penyandang disabilitas untuk menampilkan karya seni rupa mereka. Dari kalangan Romo dan Suster terdapat Romo Lukas MSF, Romo Ipenk MSF, Romo Wito Pr, Romo Budi Purwantoro Pr, Romo Harikus Pr (almarhum), Romo Suryonugroho Pr, Romo Tri Wahyono Pr dan Sr. Laurentia PI.
Dari aktivis perempuan, lanjutnya, ada Rita dan Lely, dan Rama Dani Syafriyar, remaja penyandang autisme di Panti Asuhan Cacat Ganda Yayasan Sosial Soegijopranoto, Komunitas Sahabat Difabel Semarang. Total lukisan yang dipamerkan sejumlah 51 karya lukisan dari beragam materi, cat minyak di kanvas, cat air di kertas, akrilik di kanvas, pastel dan pensil di kertas. Sedangkan jumlah seniman yang terlibat dalam karya seni rupa sebanyak 20 orang.
“Prinsip dan semangat kami adalah berbagi untuk kerukunan, kemanusiaan dan kebangsaan. Pameran dilaksanakan dalam semangat demokrasi yang membahagiakan dan menggembirakan. Karenanya, pameran diwarnai pula pentas seni dan satra berupa musik hadroh dari UIN Walisongo, 15 penari Sufi dari Al-Ishlah Darussalam, dan pembacaan puisi oleh Sosiawan Leak, Kelana Siwi, Arbi dan Zakiyah,” tuturnya. (HQ)