Media Jendela Dunia – Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini
Berita  

Indonesia Baru di Zaman Neoliberalisme

foto:infoppri.blogspot.com
“MEA dan pasar bebas 2020 telah mengkerangkeng sentral maritm dunia. Indonesia sekarang menjadi sasaran empuk para pemodal bejat”
Kapitalis bangsa sendiri?
Didalam salah satu rapat umum saja pernah berkata, bahwa kita buka saja harus menentang kapitalisme asing, tetapi harus juga menentang kapitalisme bangsa sendiri. Hal ini telah mendapat pembelajaran didalam pers, dan sayapun mendapat bebarapa surat yang minta hal ini diterangkan sekali lagi dengan singkat.
Dengan segala senang hati saya memenuhi permintaan-permintaan itu. Sebab soal ini adalah soal baginsel. Baginsel, yang harus dan mesti kita perhatikan, jikalau kita mengabdi kepada rakyat dengan sebenar-sebenarnya, dan ingin membawa rakyat itu kearah keselamatan.
Supaya buat pembaca soal ini menjadi terang, dan supaya pembelajaran kita setajam garis-garisnya, maka perlulah lebih dulu kita menjawab pertanyaan:
Apakah kapitalisme itu?
Didalam saya punya buku pembelajaran saya pernah menjawab: “Kapitalisme adalah stelsel pergaulan hidup, yang timbul daripada cara produksi yang memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi. Kapitalisme adalah timbul dari ini cara produksi, yang oleh karenanya, menjadi sebabnya meerwaarde tidak jatuh didalam tangannya kaum buruh melainkan jatuh ditangannya majikan. Kapitalisme, oleh karenanya pula, adalah menyebabkan kapitaal acummulatie, kapitaal concentratie, kapitaal centralisatie, dan industrieel reserve-armee. Kapitalisme mempunyai arah kepada Verelendung, yakni menyebarkan kesengsaraan.
Itulah kapitalisme yang prakteknya kita bisa lihat diseluruh dunia. Itulah kapitalisme, yang ternyata menyebabkan kesengsaraan, kepapaan, penganguran, balapan – tarip, peperangan, kematian,- pendek kata menyebabkan rusaknya susunan dunia yang sekarang ini. Itulah kapitalisme yang melahirkan modern-imperialisme, yang bikin kita dan hampir seluruh bangsa-berwarna menjadi rakyat yang celaka.
Siapa didalam beginsel ridak anti stelsel yang demikian itu, adalah menutupkan mata buat kejahatan-kejahatan kapitalisme yang sudah senyata-nyatanya itu. Tiap-tiap orang, yang mempunyai beginsel yang logis, haruslah anti kepada stelsel itu. Sebab sekali lagi saya katakan stelsel itu ternyata dan terbukti stelsel yang mencelakakan dunia.
“Ya. Orang menjahat, “tetapi kapitalisme bangsa sendiri? Kapitalisme bangsa sendiri yang bisa kita pakai untuk memarangi imperialisme? Apakah kita juga harus anti kapitalisme bangsa sendiri itu, dan menjalankan perjuangan kelas alias klassentrijd?”
Dengan tertentu saya menjawab: Ya, kita juga harus anti kepada kapitalisme bangsa sendiri itu! Kita juga harus anti isme yang ikut mensengsarakan rakyat. Siapa mengetahui kaum buruh di industri batik, rokok kretek, dan lain-lain dari bangsa sendiri, dimana saya sering melihat upah buruh yang kadang-kadang hanya 10 sampai 12 sen atau kalau sekarang upah minimum regional (UMR) yang hanya cukup untuk makan, habis itu hutang kembali dalam hal-hal kebutuhan pokok yang lainnya. Siapa yang tahu tentang keadaan buruh-buruh di industri itu sendiri, sedangkan para penguasa negeri ini sudah dikuasai banyak cukong-cukong alias para oligart-oligart dan para pemburu rente alias penghisap darah rakyat. Ia mestilah juga menggoyangkan kepala dan dapat rasa kesedihan melihat buahnya produksi yang tak adil itu. Pergilah ke mataram, pergilah ke lawean solo, pergilah ke kudus, pergilah ke tulung agung, pergilah ke blitar, bahkan pergilah ke demak dan ke purwodadi grobogan, dan orang akan menyaksikan sendiri “rahmat-rahmatnya” cara produksi itu.
Seorang nasionalis, justru karena ia orang nasionalis, haruslah berani membukakan mata dimuka keadaan-keadaan yang nyata itu. Ia harus mengabdi kepada kemanusiaan. Ia harus memperhatikan perkataan Gandhi yang “Nasionalismeku adalah kemanusiaan” ia harus SOSIO Nasionalisme, yakni seorang nasionalis yang mau memperbaiki masyarakat dan yang DUS anti stelsel yang mendatangkan kesengsaraan kedalam masyarakat itu. Ia harus sebagai Jawaharlal Nehru yang berkata:
“Saya seorang nasionalis. Tapi saya juga seorang sosialis dan republiken. Saya tidak percaya sama raja-raja dan ratu-ratu, tidak pula pada susunan masyarakat yang melahirkan para raja-raja industri yang pada hakikatnya berkuasa lebih besar lagi dari raja-raja sediakala. Saya niscaya mengerti, bahwa Conggress belum bisa mengadakan program sosialistis yang selengkap-lengkapnya. Tetapi filsafat sosialisme sudahlah perlahan-lahan menterapi segenap susunan masyarakat diseluruh dunia. India niscaya akan menjalankan cara-cara sendiri dan mencocokkan cita-cita sosialis itu kepada keadaan penduduk India seumumnya.”
Tetapi apakah ini berarti, bahwa kita harus memusuhi tiap-tiap orang Indonesia yang mampu? Sama sekali tidak. Sebab pertama-tama kita tidak memerangi “orang” kita memerangi stelsel. Dan tidak tiap-tiap orang yang mampu adalah menjalankan kapitalisme. Dan tidak tiap-tiap orang yang mampu adalah mampu karena meng-eksplotasi orang lain. Tidak tiap-tiap orang mampu adalah menjalankan cara produksi sebagai yang saya terangkan dengan singkat (dengan menjitat dari pembelaan) diatas tadi. Dan tidak tiap-tiap orang mampu adalah ikut atau hidup didalam ideologi kapitalisme. Yakni didalam akal, fikiran, budi, pekerti kapitalisme. Pendek, tidak tiap-tiap orang mampu adalah jenderal atau sersan atau serdadu kapitalisme!
Dan apakah prinsip kita itu berarti, bahwa kita ini harus mementingkan perjuangan kelas? Juga sama sekali tidak. Kita nasionalis, mementingkan perjuangan nasional, perjuangan kebangsaan.
Didalam keterangan kita harus anti segala kapitalisme, walaupun kapitalisme bangsa sendiri. Tetapi disitu juga disajikan pula untuk menenerangkan, bahwa kita didalam perjuangan mengejar Indonesia Merdeka? Kita mengutamakan perjuangan nasional. Memang kita kaum nasionalis, kaum kebangsaan dan bukan kaum apa-apa yang lain.
Apa sebabnya kita harus mengutamakan perjuangan nasional, oleh karena keinsyafan dan perasaan nasional adalah keisyafan dan perasaan yang terkemuka didalam sesuatu masyarakat kolonial.
Didalam suatu masyarakat selamanya adalah antithesa, yakni perlawanan. Inilah menurut dialektiknya semua keadaan. Tetapi di Eropa, di Amerika, antithesa ini sifatnya adalah berlainan dengan antithesa yang ada sesuatu negeri kolonial.
Pada hakikatnya, antithesa dimana-mana adalah sama: perlawanan antara yang “diatas” dan yang “dibawah” antara yang “menang” dan yang “kalah”, antara yang “menindas” dan orang yang “tertindas” tetapi di Eropa, di Amerika, dan negeri-negeri lain yang merdeka, dua golongan antithesa itu adalah dari satu bangsa, satu kulit, satu ras. Kaum modal Amerika dengan kaum buruh Amerika, kaum modal Eropa dengan kaum buruh Erop, kaum modal negeri merdeka dengan kaum buruh negeri merdela, umumnya adalah dari satu darah, satu natie. Karena itulah maka disesuatu negeri yang merdeka antithesa tadi tidak mengandung rasa atau keinsyafan kebangsaan, tidak mengandung rasa atau keinsyafan nasional, tetapi adalah bersifat zuivere kelassentrijd, perjuangan kelas yang melulu perjuangan kelas.
Tetapi didalam negeri jajahan, didalam negeri yang dibawah imprealisme bangsa asing, maka yang “menang” dan yang “kalah”, yang “diatas” dan yang “dibawah”, yang menjalankan kapitalisme dan yang dijalani kapitalisme, adalah berkelainan darah, berkelainan kulit, berkelainan natie, berkelainan kebangsaan. Antithesa didalam negeri jajahan adalah “berbarengan” dengan antithesa bangsa, samenvallen atau coincideeren dengan antithesa bangsa. Antithesa didalam negeri jajahan adalah, oleh karenanya, terutama sekali bersifat antithesa nasional.
Itulah sebabnya, maka perjuangan kita untuk mengejar Indonesia Merdeka, jiakalau kita ingin lekas mendapat hasil, haruslah pertama-tama mengutamakan perjuangan nasional, yakni pertama-tama anti kapitalisme bangsa sendiri, tetaoi kita untuk mencapai Indonesia Merdeka, yakni untuk mengalahkan imprealisme bangsa asingm harus mengutamakan perjuangan kebangsaan
Mengutamakan perjuangan kebangsaan, itu TIDAK berarti bahwa kita tidak harus melawan ketamaan atau kapitalisme bangsa sendiri. Sebaliknya kita harus mendidik rakyat juga benci kepada kapitalisme bangsa sendiri, kita harus melawan kapitalisme bangsa sendiri itu juga! Tetapi MENGUTAMAKAN perjuangan nasional. Itu adalah berarti, bahwa ousarnya, titik beratnya aksennya kita punya perjuangan haruslah terletak didalam perjuangan nasional. pusarnya kita memiliki perjuangan untuk memerangi imprealisme asing itu dengan segala tenaga kita nasional, dengan segala tenaga kebangsaan, yang hidup didalam suatu bangsa yang tak merdeka dan yang ingin merdeka! Pusarnya kita punya perjuangan sekarang haruslah dynamisering, yakni membangkitkan menjadi aksi dan perbuatan, daripada rasa kebangsaan alias nationaal yang berhidup didalam hati sanubari tiap-tiap rakyat sadar yang tak merdeka.
Jadi, siapa yang mengira, bahwa kita punya nasionalisme adalah nasionalisme yang suka “main mata” dengan borjuisme, ia adalah salah sama sekali. Kita hanyalah menjatuhkan pusar, titik berat, aksennya kita punya perjuangan didalam perjuangan nasional. Borjuisme harus kita tolak, kapitalisme harus kita lawan, oleh karena itu maka kita punya nasionalisme marhaenisme, sebab hanya kaum marhaen itu sendirilah yang menurutt dialetik satu-satunya golongan yang sungguh-sungguh   berantithesa dengan borjuisme dan kapitalisme itu, dan yang dus bisa sungguh-sungguh menentang dan mengalahkan borjuisme dan kapitalisme itu.
Kita masyarakat Indonesia adalah masyarakat kecil, masyarakat yang hampir segala-gala kecil. Kini masyarakat Indonesia buat sebagaian yang besar hanya mengenal pertanian kecil, pelajaran kecil, perdagangan kecil, perusahaan kecil. Masyarakat Indonesia yang hampir kehilangan jatidiri bangsanya, sudah hampir kehilangan rasa patriotisme, rasa nasionalisme dan rasa kebangsaan yang beragam dari Sabang sampai Merauke.
Jawaharlal Nehru, didalam pidatonya dimuka Nationaal Conggress, ia mengakui dengan terus terang seorang sosialis yang anti segala kapitalisme, tetapi Jawaharlal Nehru itu pula adalah seorang Nasionalis, “The second uncrowned king of India, raja kedua dari India yang tidak bermahkota. Yang membangkitkansegala tenaga rakyat India kedalam suatu perjuangan nasional yang mati-matian. Nasionalisme Jawaharlal Nehru adalah nasionalisme India yang marhaenistis, suatu sosio-nasionalisme yang ingin menghilangka semua kapitalisme, menyelamatkan seluruh rakyat India. Nasionalisme yang demikian itulah nasionalisme kita pula.
“Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu”
Aku buruh Indonesia
Aku punya cita-cita
Hidup adil dan merata
Sebab aku ini bekerja
Aku makan propaganda
Dengan lauk janji-janji
Cuba tebak aku siapa?
Aku buruh Indonesia
(Karya Wiji Thukul, Aktivis 97 yang hilang)
Salam  Pergerakan…..!!!
Salam Merdeka…..!!!
Save Aktivis Negarawan
Bukan Muslim Negarawan


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *