Media Jendela Dunia – Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini
Berita  

Ibnu Parna dan Akoma yang tenggelam dalam Pentas Sejarah Semarang

foto:www.youtube.com

Dalam tiap-tap pertempuran, wajar kalau melahirkan kisah pemuda heroik yang kemudian jadi simbol perlawanan. Jangankan pertempuran besar, pertempuran-pertempuran kecilpun akan melahirkan tokoh sejarah, pertempuran antar kampungpun melahirkan pahlawannya sendiri-sendiri. Kepopuleran tokoh lahir seiring kontradiksi besar maupun kecil, sesuai tingkatannya, sesuai kualitas dari pertempuran itu.
Pertempuran Surabaya 1945 telah melahirkan sosok Bung Tomo (demikian juga halnya pertempuran-pertempuran lain di Tanah Air era Revolusi Fisik), tapi ke mana tokoh pemuda dalam Pertistiwa Pertempuran Lima Hari Semarang?
Namanya Ibnu Parna, ketika situasi masih di bawah ancaman Jepang yang melarang pengumuman Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan secara terbuka, dia dengan kawan-kawannyalah yang dengan keras mendatangi dan mendesak Gubernur Jateng Wongsonegoro supaya mengumumkan adanya Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta ke publik Semarang, dia juga yang dengan kawan-kawannya membawa senjata, kemudian mendatangi gubernur Jawa tengah supaya bergabung dalam pergerakan untuk menyita senjata-senjata Jepang dalam rangka pemindahan kekuasaan.
Ia pula seorang pemimpin dalam Pertempuran Lima Hari Semarang melawan Jepang, ahli pidato, pemimpin dalan rapat-rapat, mengorganisir tentara-tentara bekas didikan Jepang dan milisi rakyat untuk melawan Jepang sendiri, membangun dan memimpin front-front lintas organisasi kelaskaran dan organisasi-organisasi politik, ia pula sosok pemimpin dalam perundingan-perundingan sesudah pertempuran.
Nama dan kiprahnya tidak hilang dari sejarah seputar Proklamasi Kemerdekaan 1945, tidak hilang dari buku sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang 1945 di buku sejarah resmi yang disusun Pemkot Semarang (1956), tapi unit event pelestarian sejarah ketokohan kepemudaannya secara kultural bisa musnah total. Kenapa bisa namanya lebih tenggelam dibanding dokter Kariadi? Hal lain, Tampaknya ada pula yang dihilangkan dari buku-buku sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang terkait diri Ibnu Parna, yaitu nama organisasi di mana dirinya berkiprah.
Buku-buku sejarah dalam cetakan-cetakan berikutnya hanya menyebut “pemuda Ibnu Parna”. Tapi siapa dia, dari organisasi apa, tidak disebutkan. Rupanya dia adalah pemimpin dari Angkatan Komunis Muda (Akoma). Walau Akoma ini sebenarnya secara keorganisasian adalah musuh bebuyutan PKI (sama2 komunis tapi bermusuhan keras), namun setelah TAP MPRS XXV/1966 ttg pelarangan PKI dan ajaran Marx-Lenin, nama Akoma tampaknya dihilangkan dari diri Ibnu Parna oleh buku-buku sejarah.
Penguasa kesulitan untuk menghilangkan nama Ibnu Parna dari riwayat Pertempuran Lima Hari Semarang, sehingga yang bisa mereka lakukan hanya menghapus sebutan organisasi Angkatan Komunis Muda-nya Ibnu Parna saja, diubah menjadi “pemuda Ibnu Parna”.
Unik, bahwa event-event pelestarian terhadap sejarah kepemudaannya rupanya juga secara kultural ditindas zaman, orang Semarang bahkan tak ada yang mengenali fotonya lagi. Di manakah kuburannya sekarang?, tak ada yg tahu. Pertempuran Lima Hari Semarang adalah pertempuran yang merambah ke seluruh penjuru kota sampai RT RW secara merata dan menjalar ke kabupaten sekitar Semarang, sampai ke wilayah Kendal, Ungaran, Ambarawa, Demak, melibatkan laskar tempur dalam jumlah raksasa dari masing-masing pihak, serta jumlah korban yang ribuan, dll. Tapi aneh bahwa tidak ada satu tokoh pemudapun terlahir sebagaimana Bung Tomo.
Ke mana perginya “Bung Tomo”-nya Semarang dalam sejarah nasional Indonesia itu? Dalam konteks sejarah nasional, pada buku sejarah “Tan Malaka, Gerakan Kiri, danRevolusi Indonesia” kita masih bisa membaca sedikit hal tentang Ibnu Parna, kita akan kehilangan catatan-catatan sejarah tentangnya di buku-buku sejarah lainnya. Setelah tumbangnya Soekarno, kita memang sudah kehilangan kebesaran Ibnu Parna ini. Salam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *