Semarnews.com | Salatiga – Balai Penelitian dan Pengembangan Kementrian Agama (Balitbang Kemenag) Kota Semarang menggelar Seminar Hasil Penelitian tentang ‘pemahaman keagamaan dan transmisi ajaran agama di kalangan mahasiswa Islam dalam konstelasi kebangsaan’ di Hotel Grand Wahid jalan Jenderal Sudirman No 2 Salatiga, Sidorejo, Kota Salatiga. Ketua Balitbang Kemenag Kota Semarang, Prof Dr H Kuswinarno berpesan agar para peneliti berhati-hati dalam memaparkan hasil penelitian terkait isu sensitif dalam seminar.
“Saya mewanti-wanti kepada para peneliti untuk memaparkan materi dengan baik,” kata Kuswinarno saat memberikan sambutan pembuka, Semalam (01/05/2018). Lebih lanjut, dirinya menegaskan agar para peneliti harus berbicara sesuai dalam koridor riset
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung bahwa beberapa hari lalu Kepala BIN, Budi Gunawan telah mengungkap bahwa 39 persen mahasiswa terpapar radikalisme. Memperhatikan hal tersebut, menurut dia, para peneliti dan peserta dalam menanggapi hasil riset perlu terfokus pada objek penelitian. Sebab, paparan para peneliti mengacu pada persoalan paham keagamaan, dan isu sensitif, yakni radikalisme sebagaimana temuan BIN. Lebih lanjut, ia berharap adanya paparan hasil penelitian tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang bisa dibaca oleh masyarakat. Baik berupa release media massa atau melalui media sosial lainnya.
Ia berpendapat, idealnya Negara kita dengan pranata keberagamaan yang dianggap bagus, semestinya tidak ada gesekan atau bahkan konflik keagamaan. Dalam sambutan pembukanya, ia juga menyinggung salah satu fenomena budaya di mana sejatinya bangsa Indonesia, utamanya Jawa tidak menyukai ekspresi kekerasan, apalagi kekerasan. Dia menjelaskan tentang blangkon dengan benjolam di belakang dan keris yang diselipkan di belakang. Menurutnya, hal tersebut secara filosofis menunjukkan bahwa orang jawa tidak suka menampakkan ketidak-cocokan. Bahkan, memiliki senjata pun tidak ditunjukkan. (HQ.semarnews)