Semarnews.com || Semarang – Nusantara ini dikenal dengan keaneka-ragaman dalam bingkai bhineka tunggal ika. Suku, agama, tradisi, bahasa, logat, kesenian dan aneka upacara adat yang secara khas dapat bersatu padu dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Larungan sebagai ekspresi kebudayaan yang eksotis bagi masyarakat pesisir dalam mengungkapkan rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan bentuk keshalehan kultural masyarakat dalam rangka bersinergi dengan alam.
Ratusan masyarakat berarak-arak beriring mengikuti upacara Larungan di Desa Tambak Lorok Semarang Utara Kota Semarang, Ahad (05/08/2018). Tambak lorok merupakan kawasan pesisir pantai utara jawa (Pantura) Kota Semarang yang kini menjadi Kampung Wisata Bahari Tambak Lorok. Tradisi larungan dirangkai dengan kegiatan arwah Jama’ dan tahtiman al Qur’an (04/08) di 3 mushola dan 4 masjid yang ada di daerah tambak lorok dan Istighotsah kerakyatan pada malam harinya di Masjid Baitussalam, Ahad pagi (05/08) Kirab Budaya Nusantara dan Larungan di laut Tanjung Mas, serta gelaran wayang kulit dengan lakon lahirnya Parikesit. Tambak Lorok Bersholawat (06/08) menjadi penutup rangkaian kegiatan tersebut.
Merah putih berkibar di atas puluhan perahu yang beriringan, mengarungi lautan dan menghantarkan sedekah laut di pagi yang cerah. Berlayar lepas meninggalkan daratan dengan penuh keyakinan menghaturkan sesaji pada Sang Maha Kuasa. Tumpah ruah rasa syukur tercurah pada lautan yang penuh berkah.
Koerun, ketua panitia larungan tahun 2019 menyatakan bahwa tradisi tersebut harus terus dilestarikan. Sebab, menurut dia, Allah SWT memberikan karunia yang demikian besar melalui lautan dengan keaneka ragaman hayati. Sudah selayaknya bila manusia memberikan imbal balik dengan bersedekah bagi lautan. Berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga ekosistem yang ada, namun dengan adanya tradisi larungan masyarakat akan lebih mengetahui bagaimana akar budaya bangsa ini.
Sekretaris panitia, Nur Rohman mengungkapkan hal senada dengan Koerun, “Ini perwujudan rasa syukur kami (nelayan) atas karunia Allah,” kata Rohman saat diwawancarai oleh awak media, “selain itu, larungan ini menjadi misi kami sebagai bangsa yang mengenal Nusantara ini dengan budaya,” lanjutnya. Karena itu, katanya menambahkan, menunjukkan nasionalisme bangsa yang bhinke tunggal ika ini. “Nusantara ini pernah jaya di lautan, bangsa ini harus mengingat hal tersebut,” ungkap Ketua PAC GP Ansor Semarang Utara ini dengan mantab. Dia berharap dengan eksisnya tradisi nusantara, dalam hal ini larungan, bisa mengukuhkan bangsa Indonesia dalam merintis kejayaannya di lautan. (HQ.semarnews)
—————