Semarnews.com || Lombok – Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur – Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 29 Juli lalu masih menyisakan trauma di masyarakat. Hingga ke 4 (empat), tampak masyarakat masih memilih bertahan di lokasi pengungsian yang telah disediakan pemerintah maupun di depan rumah masing-masing.
Sari (34 th), warga Desa Madayin Kecamatan Sambelia yang masih berada di pengungsian Lapangan Madayin – Sambelia (1/8/2018). Saat ditanya tim relawan PMI mengungkapkan perasaannya, “Saat gempa, karena kuatnya goncangan, saya sempat terjatuh bersama anak balita ini,” kata dia sembari mengenang peristiwa tersebut. Ia terus menggendong anaknya balita (3 bulan) di pengungsian, sementara kondisi rumahnya tidak hancur namun rusak parah pada dinding dan atap. Ia menyatakan masih merasa ketakutan bila berada di dalam rumah.
Lapangan Madayin menampung 2.631 jiwa, terdiri dari 428 anak laki-laki, 491 anak perempuan, 1.094 dewasa laki-laki, 1.075 dewasa laki-laki, 236 balita dan 1 orang difabel, serta 17 ibu hamil. Fasilitas yang ada yakni 3 tenda PMI, 5 tenda BNPB, 7 tenda Polisi, dan 4 tenda Kemensos. Sementara hanya ada tenda penampungan dan tenda barang bantuan. “Di sini belum tersedia tempat MCK (mandi, cuci, kakus), sehingga kami menggunakan fasilitas yang ada di masjid dan sekolah,” tutur Sari, ibu dari 6 anak. Dalam kesehariannya, Sari biasanya berjualan makanan ringan di depan rumahnya. Sedangkan suami bekerja sebagai petani di ladang orang lain.
“Meskipun makanan dan minuman terpenuhi di sini, anak-anak udah mengeluh bosan tidur di pengungsian. Kalau siang panas, kalau malam dingin. Agar aman, saya dan keluarga memilih mengungsi, mengingat kondisi rumah yang berbahaya dan masih terjadi gempa,” katanya.
Dari 17 orang meninggal, 4 orang berasal dari Desa Madayin, 4 dari Desa Obel-obel dan 1 dari Desa Sugiyan. Sedangkan 2 orang dari Sembalun, pendaki 1 orang, dan 5 orang di Kabupaten Lombok Utara.
Pemerintah melalui BNPB, BPBD, Polri, TNI, Kemensos, PMI dan lembaga lain, terus memberikan bantuan kemanusiaan berupa terpal, tikar, selimut, pakaian, makanan, minuman, obat-obatan dan lainnya. Anak-anak usia sekolah, saat ini masih libur karena bangunan sekolah juga terdampak gempa, sehingga tidak dapat digunakan untuk belajar.
Atas bencana yang terjadi, ia berharap solusi berupa rumah tahan gempa, “Saya berharap bisa dibangunkan rumah lagi yang aman dari gempa, agar anak-anak juga tenang,” harap Sari.
Foto
Ibu Sari (34 th) warga Desa Madayin, Kecamatan Sambelia – Lombok Timut, bersama anaknya balita dan keluarganya berada di tenda pengungsian Lapangan Madayin Sambelia
—————