Penulis : Khafidhotul Umami
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang terbaik atau lebih baik diam.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Rasulullah sangat menekankan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga perkataan. Bahkan, lebih baik diam daripada berbicara tidak baik. Artinya, lisan menjadi point’ yang mendapat perhatian serius dalam kacamata Islam.
Dalam konteks teologis, lisan adalah anugerah yang luar biasa dari sang maha kuasa untuk manusia. Melalui lisan manusiabisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Tapi melalui lisan pula manusia bisa membawa dampak buruk jika salah dalam menggunakannya. Karena ibaratnya, lisan adalah sebilah pisau, yang bisa digunakan dengan bijak ataupun sebaliknya.
Di sisi lain, seiring berkembangnya teknologi, manusia sangat dimudahkan dalam segala hal, salah satunya dengan penggunaan media sosial yang dapat membantu manusia untuk berkomunikasi serta menyampaikan pendapat melalui smartphone masing-masing. Alat komunikasi dengan gampangnya telah mengganti peran lisan dan telinga. Orang tidak hanya bisa berbicara dengan lisan, begitupun juga dengan mendengar yang tidak hanya dengan telinga.
Media sosial sekarang ini menjadi sebuah wadah yang menghiasi aktivitas masyarakat. Kesempatan mendapat informasi dan berbagi berita semakin mudah. Tapi sejalan dengan itu, kesempatan berbuat dosa pun dapat juga dilakukan dengan mudah.
Kita dalam keseharian berselancar di media sosial, dalam sekali klik sudah dapat menyebarkan berbagai informasi maupun berita kepada siapapun di dunia ini. Sekalipun kita belum mengetahui apakah berita tersebut sudah benar keakuratanya atau tidak, berita tersebut telah tersebar bebas didunia maya.
Salamatul Insan Fi Hifdhil Lisan Salah satu pepatah arab yang berarti “keselamatan seseorang tergantung bagaimana dia menjaga lisan”. Dari pepatah ini kita juga bisa mengambil hikmah bahwa di era yang serba digital ini kita tidak hanya perlu menjaga lisan ketika berkomunikasi secara langsung dengan siapapun. Tetapi kita juga perlu menjaga jari kita ketika sedang berselancar di media sosial.
Jika ucapan bisa cepat berlalu dan dilupakan, namun berbeda dengan postingan di media sosial. Ucapan hanya menjangkau orang disekitar, tapi tidak dengan Informasi di media sosial yang tersebar ke jutaan manusia dalam hitungan menit bahkan detik.
Sebagaimana yang kita tahu, media sosial sekarang ini tidak sedikit sekali di manfaatkan oleh oknum-oknum provokator yang tidak bertanggung jawab. Misalnya seperti menyebarkan informasi hoax dan pengujar kebencian ( hate speech ). Bahkan mirisnya, ada beberapa oknum yang mengatasnakan pemuka agama yang menyebarkan informasi palsu, sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat.
Maka dari itu, sudah sepantasnya generasi muda sebagai pengguna modia sosial untuk selalu menjaga etika dalam berinteraksi di sosial media. (Khafidhotul Umami Anggota KKN Madukara IPMAFA)