foto:exatrinic.blogspot.com |
Hem, ini bukan istilah ilmiyah yang di ciptakan para pemikir kelas dunia macam adam smith dan karl marx, atau di ciptakan oleh linguis handal seperti heideger atau gadamer, bukan pula oleh bapak-bapak sains modern seperti newton, eddington, einsten, thomas alfa eddison, dan stephen hawking. Bahkan penyair-penyair brilian macam mozart, rudyard kippling, sakhspear, ataupun charlie chaplin akan kebingungan jika mendengar istilah ini.
Lovametri boleh di bilang hanya mencuri secara fonologi dari istilah matematis seperti ekonometri (metode pengukuran ekonomi), trigonometri (metode pengukuran bidang segitiga), dan geometeri (metode pengukuran permukaan bumi). Dan sekarang, dengan sangat gegabah, saya munculkan istilah Lovametri.
Lovametri berasal dari bahasa antah-berantah yang tersusun dari dua kata yaitu love yang berarti cinta dan matter/meter yang berarti pengukuran. Sederhanyanya lovametri berarti metode atau cara untuk mengukur cinta. Wow….
Pertanyaannya. Metode macam apa ini? Apa gunannya? Adakah manfaat untuk dunia percintaan? Lantas mengapa cinta harus di ukur. Bukankah keindahan cinta terletak pada abstraksi dan fantasinya. Imajinasi yang mengendap dalam dada tentang sang pujaan yang kemudian terakumulasi dalam puja-puji tanpa ukuran itulah yang menjadikan cinta sebagai fenomena yang selamanya menjadi indah. Kenapa harus di ukur? penganggurang macam apa yang sempat-sempatnya hendak mengukur cinta?
Eits, tunggu dulu. Cinta sangat penting untuk di ukur, banyak orang punya perasaan yang bergelora tanpa terkendali yang melahirkan euphoria berlebihan dan menganggap dia gak bisa hidup tanpa sang pujaan. Saya hanya kasihan , sebenarnya bukan saya, tapi kawan karib saya yang merasa iba jika ada orang-orang yang di induksi euphoria berlebihan macam itu.
Rasa-rasanya sebagai filantropis sejati kita harus turun tangan membantu untuk sahabat-sahabat yang kasihnya tak sampai. jika kita hanya membantu setelah kawan kita di landa patah hati itu akan sia-sia. Kita harus bisa membantu sejak awal dan membuat sebuah alat yang bisa mengukur perasaan cinta seseorang. “Kalau tidak sekarang kapan lagi” begitu om prabu bilang…
Sebagai suhu yang gandrung dengan revolusi sains saya yakin agan-agan punya ide brilian untuk menciptakan metode seperti ini. Saya mohon kepada beliau untuk segera membuat desain dari metode ini agar tidak lagi bermunculan sarjana-sarjana jomblo dan aktivis-heroik jomblo.
kita mulai revolusi sains dari hal-hal kecil semacam ini demi terciptanya peradaban dengan pergumulan sains sejati.
Sesungguhnya cinta memang sebuah narasi yang terlempau sulit untuk dibedah dengan pisau analisa secanggih apapun. Jangankan matematika, logika modernpun tak pernah mengaku sanggup membedah persoalan ini.
Bahkan kaum positifisme menyatakan menyerah dan menganggap tak ada satupun logika yang mampu “mewujudkan” eksistensi cinta. Seperti halnya ‘Tuhan”, cinta, ada dan ketiadaannya tak begitu dianggap penting untuk kehidupan manusia.
Setali tiga uang. Argumentasi semacam apapun untuk meniadakan cinta dari ranah logika, perasaan ini pasti akan muncul pada setiap manusia ora ketang LGBT.
Atas dasar inilah, kita bersama-sama baik yang jomblo ataupun yang sudah punya pendamping hidup meskipun hanya PHP. Layaknya kita menyuarakan aspirasi kita agar pemerintah mengeluarkan resolusi penting agar menjamin kehidupan asmara muda-mudi bangsa demi keberlangsungan generasi yang akan datang.
Pemerintah harusnya sadar, banyak sekali generasi muda ngehek yang tiba-tiba gundah gulana akibat susah mencari pendamping hidup. Mereka kelayaban tak karuan demi mimpinya bertemu gadis pujaan.
Kita harusnya sadar, ketika seorang pemuda tak menemukan seseorang itu. Hancurlah masadepannya. Ingatlah wahai presiden, masadepan generasi muda adalah masadepan bangsa. Mereka adalah aset yang harus selalu dijaga dan dirawat.
Apalagi ketika tiba waktunya nanti bangsa kita mendapat bonus demografi, di mana generasi muda jauh lebih banyak daripada generasi tua dan balita. Resolusi apa yang pemerinta keluarkan agar setiap generasi muda bisa berpasang-pasangan meskipun LGBT?
Kita tunggu resolusi itu. Semoga bangsa kita berhasil mencetak sejarah baru dengan keterjaminan pendamping hidup generasi muda…. Amin…