KH. Ishak farid |
TASIKMALAYA – KH. Ishak farid atau sering di sebut Apa Ishak adalah salah satu putra pendiri sekaligus penerus pondok pesantren tertua di Tasikmalaya yaitu Pondok Pesantren Cintawana yang beralamat di Jl. Garut – Tasikmalaya, Cikunten, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Tempat tanggal lahir beliau tidak banyak di ketahui oleh khalayak banyak karena yang mengetahui hanya pihak keluarga saja. Beliau mempunyai istri bernama ibu Hj Pipin Sofiah dan beliau memiliki 15 orang anak. Yang hidup sampai saat ini diantaranya adalah Ibu Didah Saidah, Ibu Elis, Asep Ahmad Suja’i , Yoyoh Joharoh, Ahmad Suafii, Dani Khoerudin, Agus Salim Ridwam, Helmy Mutahhar, Yudi Baiquni dan Neng Rina.
Pada saat kepemimpinan pesantren dipegang oleh beliau, Pesantren Cintawana mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Atas ide beliau, menjadikan Pesantren Cintawana sebagai salah satu pesantren yang sangat berpengaruh di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Barat.
Apa Ishak dikenal sebagai Ulama’ yang sangat cerdas dalam berbagai macam bidang agama, seperti ilmu nahwu shorof, tafsir Qur’an, ilmu balaghoh serta ilmu hadistnya. Selain itu Allah Ta’ala memberikan karunia yang luar biasa kepadanya, salah satunya yaitu mempunyai daya hafal dan ingatannya di atas rata-rata teman seumurannya. Bahkan dalam waktu singkat beliau mampu menghabiskan kitab yang berjilid tebal, lalu jika ditanya tentang isi dari kitab tersebut beliau mampu menerangkannya bahkan sampai hafal urutan halamannya secara detail. Mengapa seperti itu? Karena beliau ketika usia belasan tahun sudah menguasai berbagai keilmuan, tetapi kepandaiannya dalam berbagai hal tidak membuat Apa Ishak besar kepala, bahkan kepandaiannya berbanding lurus dengan kerendahan hatinya itulah sebabnya beliau sangat dikagumi dan dihormati oleh masyarakat. bahkan Kyai Toha (Ayahandanya) sering meminta beliau untuk menggantikan posisi mengajar di pesantrennya. Saking kuatnya daya baca beliau, Apa ishak bahkan hanya sering meluangkan 2 jam saja untuk istirahat tidur, selebihnya beliau gunakan untuk muthola’ah kitab dan mengajar para santrinya.
Selain hobi membaca, beliau pun sangat senang sekali bertadabbur alam ke daerah pantai ataupun ke laut. Namun pada tahun 1987 Tasikmalaya kehilangan sosok ulama kharismatik yaitu berpulangnya beliau ke Rahmatulloh. Ribuan umat dari berbagai penjuru masyarakat memenuhi lingkungan Komplek Pesantren Cintawana karena sangat ingin mengantarkan beliau ke tempat terakhir.
Wallahu a’lam bisshowab.
Penulis: Sania Sukmawati (Mahasiswi Komuniaksi Penyiaran Islam, Universitas Sains Al-Qur’an)